Deru mesin bus di Terminal Pulogadung siang itu masih menyalak. Teriakan kernet yang coba menarik penumpang terdengar di mana-mana.
Seorang lelaki berbaju kuning berjalan terbungkuk ke arah sebuah toko kelontong. Seperti orang sujud yang berjalan. Sesampai di depan toko kelontong, dia mencari tempat yang teduh, tepat di depan pintu toko. Kotak untuk menjual barang asongannya dia taruh di depannya.
Sebuah topi tersemat di kepalanya. Seolah menutupi keriput yang mulai menghiasi wajahnya. Matanya tajam mengawasi setiap orang yang melintas. Sesekali dia menawarkan barang dagangannya.