Oleh: Hanafie Attazikie
DENGAN kecepatan tinggi aku berjalan, dengan harapan bisa berjumpa sebelum berpisah. Harapan itu menggebu meliputi seluruh perasaanku. Asa dalam diri ini berkata, “Aku harus menatapnya, memeluknya dan menciumnya sebelum aku berpisah dengannya.”
Dia yang akan pergi sudah melambaikan tangan, dari jauh aku melihatnya, mata ini berderai, dan kaki terus melangkah bergegas menghampirinya. Kelu lidah ini berucap.
“Tunggu…!”
“Tunggu…!”
Dia menoleh dan menatapku, namun tangannya terus melambai. Langkahku semakin cepat, lisanpun menganga memanggilnya.