Belakangan ini cukup ramai
diperbincangkan tentang “Islam Nusantara”. Banyak intelektual, ulama,
politisi, dan pejabat Pemerintah yang menggunakan istilah ini ketika
membicarakan Islam. Pemantik awalnya adalah penggunaan langgam Jawa
dalam tilawah al-Quran pada saat Peringatan Isra’ dan Mi’raj Nabi
Muhammad saw. 17 Mei 2015 lalu di Istana Negara.
Sejak saat itu perbincangan “Islam
Nusantara” menghangat. Apalagi ketika hal tersebut dikaitkan dengan
opini penegakan syariah. Kalangan yang selama ini menolak ide penegakan
syariah menemukan momentum mengajak masyarakat untuk turut dalam
barisannya. Mereka mempropagandakan “Islam Nusantara” sebagai wujud
implementasi Islam terbaik, dibandingkan dengan “Islam Timur Tengah”
yang saat ini diwarnai berbagai konflik.