BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Masalah
pertumbuhan ekonomi dewasa ini menjadi tujuan setiap Negara,khususnya bagi
setiap Negara-negara sedang berkembang. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan
ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan dalam pelaksanaan pembangunan dan terciptanya kesepakatan
kerja.pembangunansuatu negara bertujuan untuk menciptakan suatu masyarakat yang
memiliki tingkat kesejahteraan hidup yang lebih baik.ada cita-citayang
terkandungdalam proses pembangunan yang dapat mewujudkan masyarakat yang adil
dan makmur.
Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan fisikal produksi
barang dan jasa yang berlaku disuatu daerah, seperti pertmbahan jumlah produksi
barang industri,perkembangan infrastruktur, pertambahan jumlah sekolah, pertambahan
produksi sektor jasa dan pertambahan produksi barang modal.oleh sebab itu untuk
memberikan sutu gambaran mengenai pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu
negara, ukuran yang digunakan adalah tingkat pertumbuhan pemdapatan nasional
riil yang dicapai. Pertumbuhan ekonomi yang menyebabkan barang dan jasa yang
diperoduksi dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi
bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat sehingga tercipta
|
kesepakatan kerja.
Dengan demikian dalam mengejar pertumbuhan ekonomi harus
disertai dengan penciptaan lapangan kerja baru. Bukan sekedar pertumbuhan
ekonomi tinggi, tetapi pertumbuhan kuantitas dan kulitas lapangan kerja melalui
usaha ekonomi padat pekerja. Investasi pemerintah melalui kebijakan fiskal dan
moneter harus mempertimbangkan dan memberi prioritas pada sektor ekonomi
(business) yang potensial seperti; sektor pertanian, manufaktur,makanan dan
sektor jasa.
Berbagi kebijakan pemerintah dalam melaksanakan
pembangunan khususnya yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat maupun oleh
pemerintah daerah otonom yang senantiasa bertujuan merperbaiki, mempengaruhi
dan mengadakan serta mengarahkan perubahan-perubahan dalam kegiatan pelaksanaan
pembangunan.
Dalam meningkatkan penerimaan dari pendapatan asl
daerah,maka dana untuk pengeluaran pembangunan semakin besar dalam memperlancar
kegiatan pembangunan dalam segala sektor yang kemudian mendorong pertumbuhan
ekonomi.
Dengan keterbatasan sumber-sumber penerimaan daerah, maka
pemerintah daerah akan mengalami kesulitan dalam perannya sebagai pendorong
utama pembangunan didaerah optimal. Oleh sebab itu pemerintah daerah pada awal
priode otonomi daerah disentralisasi sangat mengharapkan bahwa sektor swasta
dan masyarakat dapat lebih berperan melaksanakan pembangunan daerah dengan
memberikan kontribusi pada pajak dan retribusi daerah.
Untuk merealisasikan hal tersebut dibutuhkan dana dalam
membiayai kebutuhan pembangunan termasuk pengeluaran rutin seperti belanja
pegawai dan pengeluaran modal yang dimaksud juga disebut sebagai biaya
pembangunan. Demikian pula pembiayaan pembangunan, termasuk pembiayaan pada
sektor pertanian dan pengairan, perdagangan dan industri, pembangunan daerah
sebagainya.
Ketenagakerjaan merupakan aspek yang penting dalam
pembangunan ekonomi, karena tenaga kerja merupakan salah satu balas jasa faktor
produksi.akhir-akhir topik mengenai masalah ketenagakerjaan dan pertumbuhan
ekonomi baik dalam skala nasional maupun regional mendapat perhatian banyak
orang. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi mmbutuhkan penambahan inestasidan
kebijakan ekonomi yang kondusif merupakan suatu hal penting.dengan penambahan
inestasi baru diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya
juga dapat menciptakan lapangan kerja baru.
Gambaran pembangunan di sulawesi selatan dapat di
paparkan sebagai berikut. Berdasarkan data pada badan pusat statistik makassar
(BPS MAKASSAR) daerah sulawesi selatan antara tahun 2004-2008, pendapatan asli daerah sulawesi selatan meningkat dari tahun ke tahun.
Selama priode 2004 - 2008, perekonomian
sulawesi selatan relatif stabil dengan rata-rata pertumbuhan 6,43 persen per tahun. Kinerja ekonomi sulawesi selatan terus membaik sejak
tahun 2001. Hal ini ditunjukan dengan pertumbuhan ekonomi sulawesi selatan yang
semakin meningkat, hingga pada tahun 2004 mencapai 5,26 persen kemudian meningkat tahun 2005 tumbuh 6,05 persen, dan pada tahun 2006 pertumbuhan ekonomi sulawesi selatan mencapai
angka 6,72 persen, namun pada tahun 2007 sedikit melambat dengan tumbuh 6,43 persen, kemudian mengalami peningkatan kembali pada tahun
2008 dengan pertumbuhan 7,78 persen
(berdasarkan harga konstan).
Pertubuhan ekonomi dapat dilihat dari besarnya nilai PDRB
(atas dasar harga konstan) yang berhasil dicapai pada tahun tertentu. Berbagai
upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk menjaga agar perekonomian di
daerah ini tetap tumbuh memperlihatkan hasil yang cukup menggembirakan.
Selain potensi ekonomi daerah didominasi juga sektor
pertanian yang memiliki pertumbuhan yang relatif rendah, sulawesi selatan juga
diharapkan pada etersediaan sarana dan prasarana yang memadai,kewiraswastaan (entrepreneur)
namun yang menjadi kelangkaan investasi untuk menggali potensi sumber daya yang
ada. Di samping itu dana yang berasal dari anggaran pendapatan belanja daerah
(APBD) juga sangat terbatas karena rendahnya penerimaan yang berasal dari
daerah itu sendiri maupun sumber-sumber dana atau penerimaan yang berasal dari
pusat. Oleh karenanya pertumbuhan ekonomi ini tidaklah diartikan sebagai
pertumbuhan anti padat modal dan teknologi, akan tetapi penekanannya terletak
pada penciptaan peluan bagi skala yang menciptakan lapangan kerja dengan atau
tanpa pemakaian teknologi. Masih segar dalam ingatan kita tentang proses
reolusi hijau (1968-1984) atau terkenal dengan “green revolution”,dimana pada
puncaknya, indonesia mencapai swasembada beras (1984) berkat peranan dua
teknologi biologi; bibit unggul dan pemupukan. Eknologi ini mampu mensubstibusi
ukuran kecil tanah petani. Teknologi ini telah berhasil meningkatkan produksi
dan juga menciptakan jutaan lapangan
kerja bagi buruh tani.
Dalam meelaksanakan pembangunan ekonomi d indonesia, ada
beberapa pengelompokan bidang atau sektor, yang meliputi; pertanian,
pertambangan, industri, listrik, bangunan, perdangangan, transportasi, keungan,
dan jasa dimana sektor-inilah yang banyak menyerap tenaga kerja.
Setiap
daerah memiliki masalah kebutuhan da potensi sangat beragam, sehingga
perencanaan pembangunan akan beragam pula. Pemrintah daerah yang sangat
memahami keadaan dan potensi yang dimiliki dearahnya yang dapat di jadikan
andalan serta sector yang dpat menjadi unggulan daerahnya untuk memperoleh
tingkat yang lebih tinggi. Adapun karakteristik yang berbeda-beda tersebut
menyebabkan hal ini menjadi sangat kompleks.
Provinsi
Sulawesi selatan memiliki keadaan tofografi maupun kondisi wilayah yang
berbeda-beda yang menyebabkan sumber daya yang dimliki setiap daerah juga
berbeda-beda yang akhirnya akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan
terciptanya kesempatan kerja. Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka
pada penelitian ini akan diteliti mengenai pengaruh penyerapan tenaga kerja
terhadap pertumbuhan ekonomi di proinsi Sulawesi selatan dengan melihat tingkat
pertumbuhan ekonomi di Sulawesi selatan.
B.
Rumusan
Masalah
Beradsarkan
latar belakang diatas maka dari itu masalah yang akan dirumuskan pada penelitian
ini adalah : “Seberapa pengaruh pertumbuha ekonomi terhadap penyerapan tenaga
kerja di provinsi Sulawesi selatan”.
C.
Tujuan
Penelitian
Berdasarkan
rumusan masalah yang akan dikemukakan diatas, maka tujuan pemelitian adalah
untuk mengetahui besarnya pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap penyerapan
tenaga kerja di provinsi Sulawesi selatan.
D.
Manfaat Penelitian
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebgai berikut :
1. Bagi
almamater Unismuh Makassar
Untuk
menambah koleksi karya ilmiah sebagai literatur atau acuan bagi yang ingin
memperkaya wawasan mengenai masalah yang akan dibahas pada laporan penelitian
ini.
2. Bagi
instansi terkait.
Diharapkan dapat
memberi wawasan dan masukan kepada pemerintah selaku penentu kebijakan dalam
perencanaan dan pembangunan pertumbuhan ekonomi di provinsi Sulawesi selatan.
3. Bagi
peneliti.
Dapat
menambah pengetahuan, wawasan keilmuan serta memberikan pengalaman, khususnya
bagi penulis dan pada umumnya bagi pembaca.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengertian
Pertumbuhan Ekonomi
Membahas tentang
pertumbuhan ekonomi, kita telah mengetahui secara bersama bahwa pertumbuhan
ekonomi adalah peningkatan produksi Nasional dan Regional secara fisik, atau
dalam istilah umum adalah peningkatan produk domestic bruto atau produk
domestic regional bruto. PDB atau PDRB adalah jumlah barang dan jasa yang
dihasilkan oleh suatu perekonomian Negara atau daerah dalam waktu satu huruf.
Atau dengan kata lain pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan
produk nasional bruto riil atau pendapatan nasional riil. Jadi perekonomian
dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan output riil definisi
pertumbuhan ekonomi yang lain adalah bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada
kenaikan output perkapita. Pertumbuhan ekonomi menggambarkan kenaikan taraf
hidup diukur dengan output riil per orang.
Pertumbuhan
ekonomi merupakan fenomena penting yang dialami dua abad sekarang ini.
Disamping itu juga merupakan masalah dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi
merupakan salah satu tujuan dari trilogy pembangunan yang harus dipenuhi
sebagai landasan pembangunan yang diukur dengan berkembangnya produk barang dan
jasa yang sangat diperlukan karena ada dua faktor yang sangat menentukan yakni
bertambahnya jumlah produk dari tahun ke
|
tahun dan meningkatnya tingkat kesejahteraan
masyarakat sebagai hasil pembangunan itu sendiri, sehingga masyarakat sangat
membutuhkan banyak barang dan jasa baik itu barang privat maupun barang publik.
Pertumbuhan
ekonomi adalah proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan
ekonomi masyarakat. Dapat dikatakan bahw pertumbuhan ekonomi menyangkut
perkembangan yang perdimensi tunggal dan diukur dengan meningkatkan hasil
produksi dan pendapatan. Dalam pertumbuhan ekonomi ditelaah proses produksi
yang melibatkan sejumlah sarana produksi tertentu.
Selanjutnya
dikatakan pula bahwa pertumbuhan konomi ada apbila terdapat lebih banyak
output, tetapi juga perubahan-perubahan dalam kelembagaan dan pengetahuan
teknik dalam menghasilkan output yang lebih banyak. Pertumbuhan dapat meliputi
penggunaan lebih input dan lebih efisien yaitu adanya kenaikan output per
satuan unit.
Kemudian Simon
Kuznets pada kuliahnya dalam peringatan nobel mendefinisikan pertumbuhan
ekonomi sebagai kenaikan jangka panjang dan kemampuan suatu Negara untuk
menyediakan banyhak barang-barang ekonomi kepada penduduknya, kemampuan ini
tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi dan penyesuaian kelembagaan ideologis yang
diperlukan. Definisi ini memiliki tiga komponen yaitu; Pertama, Pertumbuhan ekonomi suattu bangsa atau daerah terlihat
dengan meningkatnya secara terus menerus ketersediaan barang; Kedua, teknologi majumerupakan faktor
dalam pertumbuhan yang menentukan derajat pertumbuhan kemampuan dalam
penyediaan aneka barang kepada penduduk; Ketiga,
Pertumbuhan teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya penyesuaian
dibidang kelembagaan dan ideology sehingga inovasi yang dihasilkan oleh ilmu
pengetahuan umat manusia dapat dimanfaatkan secara tepat.
Pertumbuhan
ekonomi merupakan perhatian sangat penting dalam kehidupan perekonomian. Simon Kuznets menunjukkan enam cirri
pertumbuhan ekonomi modern yang muncul dalam analisa yang didasarkan pada
produk nasional dan komponennya, penduduk, tenaga kerja, dan sebagainya. Dari
keenam ciri itu dua diantaranya adalah kuantitatif yang berhubungan dengan
pertumbuhan produk nasional dan pertumbuhan penduduk, yang dua berhubungan
dengan peralihan-peralihan struktur dan dua lagi dengan penyebaran
internasional.
Adapun
keenam ciri pertumbuhan ekonomi tersebut adalah sebagi berikut :
a. Laju
pertumbuhan penduduk dan produk perkapita
Pertumbuhan ekonomi
sebagaimana terungkap dari pengalaman Negara maju sejak akhir abad ke- 18 dan
abad ke- 19, ditandai dengan kenaikan produk perkapita yang tinggi diikuti
dengan laju pertumbuhan penduduk cepat.
b. Peningkatan
produktifitas.
Pertumbuhan ekonomi
terlihat dari semakin meningkatnya laju produk perkapita terutama adanya
perbaikan kualitas input yang meningkatkan efisiensi dari produktifitas per
unit input. Kenaikan efisiensi berarti penggunaan output yang lebih besar untuk
setiap unit input.
c. Laju
perubahan struktur yang tinggi.
Perubahan struktur
dalam pertumbuhan ekonomi yang mencakup peralihan dari kegiatan pertanian ke
non pertanian, dari industry ke jasa perubahan dalam skala unit-unit produksi,
dan peralihan dari perusahaan perseorangan menjadi perusahaan berbadan hukum serta perubahan status kerja buruh.
d. Urbanisasi
Pertumbuhan ekonomi
ditandai dengan semakin banyaknya penduduk di Negara maju yang berpindah dari
pedesaan ke perkotaan.
e. Ekspansi
Negara Maju.
Pertumbuhan Negara maju
kebanyakan tidak sama pada beberapa bangsa. Pertumbuhan ekonomi modern terjadi
lebih awal dari pada bangsa lain. Hal ini berarti sebagian besar disebabkan
perbedaan latar belakang sejarah dan masa lalu.
f. Arus
barang, Modal dan Antar Bangsa.
Arus barang, Modal, dan
Orang antar bangsa akan mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Pada umumnya
para ahli ekonomi memberikan pengertian yang sama terhadap istilah yang sama
tersebut. Mereka mengartikan pertumbuhan sebagai kenaikan dalam produk domestik
bruto dan pada penggunaan yang lebih umum.
B.
Teori
Pertumbuhan Ekonomi
1.
Teori
Para Pakar Klasik
Kaum klasik
berpendapat bahwa mekanisme pasar akan secara otomatis menjadikan
perekonomianberjalan dengan efisien.
a. Smit dalam
suparmoko (1998). Untuk berlangsungnya perkembangan
ekonomi diperlukan adanya spesialis atau pembagian kerja agar produktifitas tenaga
kerja bertambah.disebutkan pula bahwa sebelum adanya pembagian kerja harus ada
akumulasi modal dimana modal ini berasal dari investasi dan tabugan. Disamping
itu pasar harus seluas mungking dapat menampung hasil produksi karena perdangan
luar meluaskan pasar, maka pasar terdiri atas pasar dalam negeri dan pasar luar
negri.
b. David Ricardo. Membagi masyarakat menjadi tiga golongan
yaitu;golongan kapitalis,golongan buruh,dan golongan tuan tanah. Sesuai dengan
penggolongan tersebut maka pendapatan nasional dibagi menjadi tiga, yaitu;upah,
sewa dan keuntungan. Dalam kaitan ini secara jelas David Ricardo membedakan antara
penerimaan bruto dan netto. Penerimaan bruto tidak lain merupakan nilai pasar
dari barang-barang akhir yang di produksi dalam kurung waktu tertentu.
Sedangkan penerimaan netto adalah pendapatan yang memungkinkan adanya
pertumbuhan selanjutnya. Dengan kata lain, apa bila penerimaan netto tersebut
di investasikan lagi akan mengakibatkan perkembangan.
c. Thomas Robert
Malthus. Menurut “
tokoh ekonomi pangan ’’ ini yang namanya kenaikan jumlah penduduk, berarti
permintaan juga bertambah, merupakan unsure penting yang perlu diperhatikan.
Disamping itu,juga harus diikuti dengan kemajuan faktor-faktor atau unsur-unsur
perkembangan lainnya.untuk mendukung perkembangan ekonomi dibutuhkan kenaikan
kapital untuk investasi, dimana capital tersebut didapat dari tabungan. Tapi
investasi ini dihambat oleh kurangnya
permintaan efektif yang disebabkan oleh pertumbuhan penduduk yang menekan upah.
Oleh karena itu maltus menjadi pesimis dengan perkembangan ekonomi.
2.
Teori Neo Klasik
Menurut teori ini pertumbuhan ekonomi
tergantung pada bertambahnya
penawaran factor-faktor produksi dan tingkat kemajuan teknologi. Sebab
perekonomian akan tetap mengalami tingkat kesempatan kerja penuh dan kapasitas
alat-alat modal tetap digunakan sepenuhnya dari masa kemasa.
3.
Teori
Inovasi Schumpeter
Teori Schumpeter menekankan tentang
pentingnya peranan pengusaha didalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Dalam
teori itu ditunjukkan bahwa para pengusaha merupakan golongan yang akan
terus-menerus membuat pembaharuan atau inovasi dalam kegiatan ekonomi. Inovasi
tersebut seperti memperkenalkan barang-barang baru, mempertinggi efisien cara
memproduksi dalam menghasilkan suatu barang, memperluas pasar suatu barang ke
pasaran-pasaran yang baru, mengembangkan sumber bahan mentah yang baru,
mengembangkan sumber bahan menth yang baru dan mengadakan perubahan-peruibahan
dalam organisasi dalam organisasi dengan tujuan mempertinggi keefisienan
keggiatan perubahan.
4.
Teori
Harrol-Domar
Teori ini menekankankonsep tingkat
pertumbuhan natural.selain kuntitas factor produksi tenaga kerja,
diperhitungkan juga kenaikan efisiensi pendidikan dan latihan. Teori ini dapat
menentukan berapa besarnya tabungan atau investasi yang diperlukan untuk
memelihara tingkat laju pertumbuhan ekonomi natural yaitu angka maju
pertumbuhan ekonomi natural dikalikan dengan nisbah kapital-output.
C.
Model-Model
Pertumbuhan Ekonomi
1.
Model
Input-Input Leontief
Model
ini merupakan gambaran menyeluruh tentang aliran dan hubungan antar industri.
Dengan menggunakan model ini maka perencanaan pertumbuhan ekonomidapat
dilakukan secarra konsisten karena dapat diketahuigambaran hibungan aliran
input-output antar industri. Hubungan tersebut tersebut diukur dengan koefisien
input-output dalam jangka pendek/menengah dianggap konstan tidak berubah.
2.
Model
Pertumbuhan Lewis
Model
ini merupakan model yang khusus menerangkan kasus Negara sedang berkembang
banyak (padat) penduduknya. Tekananya adalah pada perpindahan kelebihan
penduduk disektor pertanian ke sektor modern kapitalis industry yang dibiyai
dari surplus keuntungan.
3.
Model
Pertumbuhan Ekonomi Rostow
Model
ini nenekankan tinjauannya pada sejarah tahap-tahap pertumbuhan ekonomi serta
ciri dan syarat masing-masing. Tahap-tahap tersebut adalah tahap masyarakat
tradisonal, tahap prasyarat lepas landas, tahap lepas landas tahap gerakan ke arah kedewasaan, dan akhirnya tahap
konsumsi tinggi.
D.
Faktor
Dan Strategi Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan
ekonomi dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor ekonomi dan non ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi suatu Negara tergantung pada sumber daya alam, sumber daya
manusia, modal usaha, teknologi. Akan tetapi pertumbuhan ekonomi tidak akan
mungkinterjadi selama lembaga sosial, kondisi politik, nilai-nilai moral dalam
suatu Negara atau daerah tidak menunjang.
1.
Faktor
Ekonomi
Para
ahli ekonomi menganggap faktor produksi sebagai kekuatan utama yang
mempengaruhi pertumbuhan. Laju pertumbuhan ekonomi atau pembangunan merupakan
konsekwensi dari pertumbuhan yang terjadi dalam faktor produksi tersebut.
Beberapa
faktot yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah:
a. Sumber daya
alam, faktor utama yang mempengaruhi perkembangan suatu
daerah adalah sumber daya alam, yang diperlukan dalam ilmu ekonomi mencakup
sumber alam seperti kesuburan tanah, letak dan susunan kekayaan hutan, mineral,
iklim, sumber air, lautan, dan sebagainya. Dalam pertumbuhan ekonomi
tersedianya sumber daya alam yang sangat melimpah merupakan hal yang
terpenting. Namun demikian, bagaimana memanfaatkan secara tepat dengan
teknologi yang baik sehingga efisiensi dipertinggi dan sumber daya alam dapat
dipergunakan dalam jangka waktu yang lebih lama.
b. Akumulasi modal,
faktor
ini berarti persediaan faktor roduksi yang secara fisik dapat di reproduksi.
Apabila stok modal naik dalam batas tertentu, maka hal ini disebut akumulasi
modal atau pembentukan modal. Pembentukan modal merupakan kunci utama dalam
pertumbuhan ekonomi. Disatu pihak dapat mencerminkan permintan efektif, dan di
lain pihak juga dapat menciptakan efesiensi produksi dimasa depan. Proses
pembentukan modal dapat menghasilkan kenaikan nasional.organisasi. Organisasi merupakan bagian penting dari proses
pertumbuhan. Organisasi berkaitan dengan penggunaan faktor produksi didalam
kegiatan ekonomi. Organisasi bersifat melengkapi modal buruh dan membantu
meningkatkan produktivitasnya.
c. Akumulasi
kapital. Untuk mengadakan akumulasi capital diperlukan
pengorbanan atau penyisihan konsumsi selama beberapa decade. Di Negara sedang
berkembang, tingkat pendapatan rendah mengakibatkan usaha menyisihkan tabungan
sukar dilakukan. Akumulasi capital tidak hanya berupa truk, pabrik baja,
plastik dan sebagainya, tetapi juga meliputi proyek-proyek infrastruktur yang
merupakan pra syarat bagi indusrialisasi dan pengembangan serta pemasaran
produk-produk sektor pertanian. Akumulasi kapital sering kali dipandang sebagai
elemen terpenting dalam pertumbuhan ekonomi. Usaha-usaha untuk mendorong laju
pertumbuhan ekonomi dilakukan dengan memusatkan pada akumulasi kapital. Hal ini
karena; pertama, hamper semua
Negara-negara berkembang mengalami kelangkaan barang-barang capital berupa
mesin-mesin dan peralatan produksi, bangunan pabrik, fasilitas umum dan
lain-lain. Kedua, penambahan dan
perbaikan kualitas barang-barang modal sangat pengting karena keterbatasan
tersedianya tanah yang bias ditanami.
d. Kemajuan
teknilogi. Perubahan teknologi dianggap sebagai
faktor enting dalam proses pertumbuhan ekonomi, perubahan ini berkaitan dengan
perubahan dalam metode produksi yang merupakan hasil teknik penelitian baru.
Perubahan tenkologi akan meningkatkan produktivitas buruh, modal,dan faktor
produksi lainya.
e. Pembagian kerja
dan skala produksi. Spesialisasi dan pembagian kerja
menimbulkan peningkatan produktivitas. Keduanya membawa kearah ekonomi produksi
skala besar selanjutnya membantu perkembangan industri.
2.
Faktor
Non Ekonomi
Faktor
non ekonomi berguna terhadap faktor ekonomi, saling mempengaruhi kemajuan
perekonomian. Dalam faktor non ekonomi umumnya seperti organisasi sosial,
budaya dan politik mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu faktor
ekonomi juga memiliki arti penting dalam proses pertumbuhan ekonomi. Faktor non
ekonomi tersebut antara lain :
a. Faktor
sosial
Jika
pembangunan ekonomi diinginkan berjalan mulus, pandangan nilai-nilai dan
lembaga sosial harus diubah. Perubahan hanya mungkin terjadi melalui penyebaran
pendidikan dan ilmu pengetahuan. Akan tetapi bila tatanan sosial dipengaruhi
oleh system yang ketat dan system family maka, kebebasan individu dan mobilitas
untuk bekerja lebih keras.
b. Faktor
manusia
Persyaratan
yang paling penting bagi laju pertumbuhan ekonomi adalah manusia. Manusia
berdedikasi terhadap pembangunan negerinya dan terhadap kejujuran, kewibawaan,
pengetahuan dan prestasi kerja.
c. Faktor
politik dan administratif kerja
Faktor
politik dan administratif kerja juga membantu pertumbuhan ekonomi. Dengan
melihat tindakan pemerintah memainkan peranan penting dalam merangsang dan
mendorong kegiatan ekonomi, maka keterlibatan stabilitas dan perlindungan hhiku
mendorong kewiraswastaan semakin besar kebebasan itu, dan semakin besar pula
kewiraswastaan itu.
E.
Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB)
Salah
satu cara untuk melihat kemajuan perekonomian suatu daerah adalah dengan
mencermati nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB merupakan nilai
dari seluruh barang dan jasa yang diproduksi dalam jangka waktu tertentu
biasanya dalam waktu satu tahun disuatu wilayah tertentu tanpa membedakan
kapemilikan faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi
tersebut.
Dalam menghitung pendapatan regional
hanya dipakai konsep domestik. Berarti seluruh nilai tambah ditimbulkan oleh
berbagai sektor atau lapangan usaha yang melakukan kegiatan usahanya di suatu
wilayah atau region ( propinsi atau kabupaten) dimasukkan tanpa memperhatikan
kepemilikan faktor-faktor produksi. Dengan demikian PDRB secara agregatif
menunjukkan kemampuan suatu daerah dalam menghasilkan balas jasa atau
pendapatan faktor-faktor produksi yang berpartisipasi dalam proses produksi
tersebut.
Dalam
penyajian PDRB selalu dibedakan atas dasar harga konstan dan atas dasar harga
berlaku. Adapun definisi PDRB berdasarkan harga konstan adalah nilai barang dan
jasa (komoditi) atau pendapatan atau pengeluaran yang dinilai atas dasar harga
tetap. PDRB atas dasar harga konstan ini digunakan untuk mengukur pertumbuhan
ekonomi karena nilainya tidak dipengaruhi oleh adanya perubahan harga.
Sedangkan PDRB atas dasar harga berlaku adalah nilai barang dan jasa (komoditi)
atau pendapatan atau pengeluaran yang dinilai sesuai dengan harga yang berlaku
pada saat itu atau tahun sekarang, ini digunakan untuk melihat pertumbuhan
ekonomi suatu daerah.
PDBR
diperoleh dari produksi seluruh sketor perekonomian regional yang dijabarkan
dalam 9 (Sembilan) sektor dan terakumulasi dalam 3 (tiga) kelompok menurut
jenisnya, yaitu :
a. Kelompok
primer, adalah sektor yang langsung menghasilkan barang jadi (final product).
Terdiri dari sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian.
b. Kelompok
sekunder, adalah sektor yang dalam menghasilkan barang harus melalui proses
pengolahan terlebih dahulu. Terdiri dari sektor industry pengolahan, sektor
listrik, gas dan air bersih, dan sektor bangunan.
c. Selanjutnya
sektor tersier, adalah sektor yang bergerak dibidang pelayanan (jasa) yang
terdiri dari sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor angkutan dan
komunikasi, dan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa.
F.
Peranan
Penting Pemerintah dalam Pertumbuhan Ekonomi
Dibeberapa
Negara sedang berkembang banyak mengalami ketidak stabilan sosial,politik, dan
ekonomi. Hal ini dapat menghalangi pertumbuhan ekonomi. Adanya pemerintahan
yang kuat dan berwibawa menjamin terciptanya keamanan dan ketertiban hokum
serta persatuan dan perdamaian didalam negeri. Ini sangat diperlukan bagi
terciptanya iklim bekerja dan berusaha yang merupakan penggerak pertumbuhan
ekonomi.
Ketidak
mampuan atau kelemahan sektor swasta melaksanakan fungsi enterprenuer yang
bersedia dan mampu mengadakan akumulasi capital dan mengambil insiatif
mengadakan investasi yang diperlukan untuk memonitori proses pertumbuhan.
Karena pertumbuhan ekonomi merupakan hasil akumulasi capital dan investasi yang
dilakukan terutama oleh sektor swasta yang dapat menaikkan produkstivitas
perekonomian. Hal ini tidak dapat dicapai atau terwujud bila tidak didukung
oleh adanya barang-barang dan pelayanan jasa sosial seperti sanitasi dan
program pelayanan kesehatan masyarakat, pendidikan, irigasi, penyediaan jalan
dan jembatan, serta fasilitas komunikasi program-program latihan dan keterampilan,
dan program lainnya yang memberikan manfaat kepada masyarakat.
Ini
pula disebabkan oleh rendahnya tabungan-investasi masyarakat (sektor swasta)
merupakan pusat atau faktor penyebab timbulnya masalah kemisknan yang
menghambat pertumbuhan ekonomi, hal ini terjadi karena rendahnya tingkat
pendapatan dan adanya efek demonstrasi meniru tingkat konsumen di Negara-negara
maju oleh kelompok kaya yang sesungguhnya bias menabung.
Hambatan
sosial utama dalam menaikkan taraf hidup masyarakat adalah jumlah penduduk yang
sangat besar dan laju pertumbuhannya yang sangat cepat, makaprogram
pemerintahlah yang mampu secara inisiatif menurunkan jumlah pertambahan
penduduk yang cepat melalui program keluarga berencana (KB) dan melaksanakan
program pembangunan pertanian atau daerah pedesaan yang bias memperlambat aru
urbanisasi penduduk pedesaan menuju ke kota-kota besar dan mengakibatkan
masalh-masalah sosial, politik dan ekonomi.
Dari
beberapa uraian diatas maka pemerintah dapat menciptakan semangat atu spirit
untuk mendorong pencapian pertumbuhan ekonomi yang cepat dan tidak hanya
memerlukan pengembangan faktor penawaran saja, yang menaikkan kafasitas
produksi masyarakat, yaitu sumberdaya alam dan sumberdaya manusia, kapital dan
teknologi, tetapi juga faktor permintaan luar, tanpa kenaikan potensi produksi
tidak dapat direalisasikan.
G.
Tenaga
Kerja
Istilah
tenaga kerja tidaklah identik dengan angkatan kerja. Tenaga kerja (man power)
adalah besarnya bagian dari penduduk yang dapat diikut sertakan dalam proses
ekonomi. Secara praktis pengertiantenaga kerja dan bukan tenaga kerja dibedakan
hanya oleh batas umur.
Dalam
menguraikan tentang tenaga keerja sebagai salah satu factor penunjang dalam
pengembangan ekonomi, akan dikemukakan beberapa pengertian tentang tenaga keja yaitu:
a. Tenaga
kerja ditinjau dari segi hhukum adalah tiap orang yang mampu melaksanakan
pekerjaan, baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan jasa
atau barang memenuhi kebutuhan masyarakat.
b. Tenaga
kerja ditinjau dari segi demografi adalah setiap orang atau penduduk yang
termasuk golongan umur 10 tahun keatass. Berarti mulai umur tersebut sudah
dianggap mampu untuk melaksanakan pekerjaan.
c. Tenaga
kerja ditinjau dari segi ekonomi adalah seseorang atau sejumlah orang yang
secara langsung turut seta memberikan pengorbanan berupa kemampuan tenaga
maupun pikiran dalam proses produksi dan berhak menerima upah sebagi balas jasa
benda atau jasa-jasa yang dihasilkannya.
Dalam
pasal 1 poin 2 undang-undang no 13 tahun 2008 tentang ketenagakerjaan disebutkan
bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan gung
menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun
masyarakat.
Pengertian
tenaga kerja dalam undang-undang No 13 tahun 2003 telah melengkapi pengertian
tenaga kerja dalam undang-undang No 14 tahun 1969 tentang ketentuan pokok
ketenagakerjaan yang memberikan yang pengertian bahwayang tidak bekerja ataupun
tidak mencari pekerjaan, mereka ini adalah bagian dari tenaga kerja yang
sesungguhnya tidak terlibat atau tidak berusaha untuk terlibat dalam kegiatan
produktif, yaitu memproduksi barang dan jasa. Atau dengan katalain yang bukan
angkata kerja dalah orang yang bersekolah, mengurus rumah tangga dan penerima
pendapatan.
Sebagai
mana dengan golongan angkatan kerja, glongan bukan angkatan kerja juga termasuk
dalam bagian tenaga kerja. Kelompok
bukan angkatan kerja yang sedikit telah dijelaskan diatas terdiri atas tiga
golongan yaitu:
a. Golongan
yang bersekolah yaitu mereka yang kegiatannya hanya bersekolah.
b. Golongan
yang mengurus rumah tangga yaitu mereka yang mengurus rumah tangga dan tidak
diberi upah.
c. Golongan
lain yang termasuk didalamnya:
1) Penerima
pendapatan yaitu mereka yang tidak melakukan kegiatan ekonomi tetapi memperoleh
pendapatan, misalnya tunjangan pensiun, bunga atas, simpanan atau sewa atas
milik.
2) Mereka
yang hidup tergantung dari orang lain, misalnya karena lanjut usia,cacat dalam
penjara atau sakit kronis.
Angkatan
kerja adalah bagian dari tenaga kerjaa, dimana angkatan kerja merupakan jumlah
tenaga kerja yang bekerja dan pencari kerja. Untuk lebih jelasnya pengertian
angkatan kerja menurut beberapa ahli seperti husni (2006) yang memberikan
definisi sebagai berikut: angkatan kerja adalah bagian dari penduduk (usia
kerja) baik yang bekerja maupun yang mencari pekerjaan (penganggur). Defenis
ini mengandung makna bahwa angkatan kerja adalah semua penduduk yang telah
mencapai usia kerja.
Soeroto (1992) mendefinisikan angkatan kerja
sebagai berikut:
“Angkatan
kerja adalah sebagian jumlah dari penduduk dalam usia kerja yang mempunyai
pekerjaan dan yang tidak mempunyai pekerjaan tapi secara aktif atau pasif
mencari pekerjaan. Dengan kata lain juga dapat dikatakan bahwa angkatan kerja
adalah bagian penduduk yang mampu dan bersedia melakukan pekerjaan.
Menurut
badan pusat statistik (BPS) angkatang kerja mereka yang berumur 10 tahun keatas
dan selama seminggu yang lalu mempunyai pekerjaan maupun tidak tetapi sedang
mencari pekerjaan.
H.
Pembangunan
Sektor Ketenagakerjaan
Dinegara-
Negara sedang berkembang khususnya Negara Indonesia, sektor ketanaga kerjaan
selalu mendapat perhatian utama. Bahwa sektor ini mendapat perhatian utama
mudah dipahami karena unsure manusia selalu menjadi fokus sentral dalam seluruh
proses pembangunan. Tempat sudah menjadi kenyakinan dari semua pihak
dinegara-negara sedang membangun bahwa sasaran akhir dari semua kegiatan
pembangunan nasional adalah peningkatan mutu hidup manusia : Lahir, Batin,
Mental, Spritual.
Sektor
ini mendapat perhatian utama dengan pertimbangan lain yang tidak kalah
pentingnya, yaitu bahwa sumber daya insani merupakan sumber utama yang dapat
dan harus dimobilisasikan dalam proses pembangunan nasional karena biarpun
berbagai jenis sumber dan kekayaan alam melimpah, teknologi yang canggih serta
sarana dan prasarana kerja tersedia untuk menggerakkan roda pembangunan
nasional tidak aka nada artinya jika tidak sumber daya manusia atau tenaga
kerja yang mengelolahnya.
Prasyarat
yang sesungguhnya mutlak harus terpenuhi dalam pembangunan sektor ketenagakerjaan
ialah adanya perencanaan ketenagakerjaan yang kemudian diperinci menjadi
rencana ketenagakerjaan sektoral sampai kepada satuan-satuan kerja yang paling
kecil. Perencanaan ketenagakerjaan dikatakan sebagai prasyarat yang mutlak
untuk dipenuhi karena tanpa adanya perencanaan ketenakerjaan yang tetap dan
komperehensif, akan sangat sukar untuk menentukan akan tenaga kerja yang
dibutuhkan, baik dalam arti jumlah jenis, kualifikasi, sistem pengupahan dan
penggajian, jaminan sosial serta pendidikan dan latihannya.
I.
Kesempatan
Kerja
Menurut
batasan umum kesempatan kerja didefenisikan sebagai suatu proses atau usaha
memberikan pekerjaan atau penghidupan kepada seseorang.
Kesempatan
kerja adalah lapangan kerj atau kesempatan untuk bekerja yang ada dari suatu kegiatan
ekonomi/produksi (Ainina, 2001). Dengan semakin meningkatnya kegiatan
perekonomian dan pembangunan disegala bidang, otomatis akan terjadi peningkatan
kesempatan kerj asebagai faktor yang sangat menentukan jalannya pembangunan.
Kesempatan kerja mencakup lapangan pekerjaan yang sudah diisi. Lowongan
pekerjaan mengandung arti adanya kesempatan kerja untuk diisi dan hal ini lazim
disebut dengan tenaga kerja. Biasanya sulit untuk memperoleh data tentang
kesempatan kerja, maka untuk untuk keperluan praktis umumnya jumlah kesempatan
kerja dan banyaknya lapangan kerj ayang terisi tercermin dari jumlah penduduk
yang bekerja/employed.
Tingginya
kesempatan kerja akan berpengaruh terhadap pencapaian ekonomi dari suatu
Negara. Alasanya, kerena kegiatan ekonomi masyarakat ditunjukkan dengan kinerja
produksi masyarakat yang baisanya dicerminkan oleh Produk Domestik Bruto (PDB),
sedangkan untuk daerah yaitu produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Pemecahan
masalah kesempatan kerja dapat ditempuh antara lain dengan menciptakan lapangan
kerja produktif dan peluasa kesempatan kerja yang dilaksanakan dengan
mengadakan kegiatan-kegiatan ekonomi diberbagai sektor yang disertai dengan
usaha peningkatan produktivitas angkatan kerja yang ada. Salah satu strategi
pembangunan yang berorientasi pada penciptaan lapangan kerja produktif adalah
dengan membina perusahaan-perusahaan kecil dan menengah untuk menerapkan teknik
produksi yang sifatnya pada karya, sehingga dapat membantu proses distribusi
pendapatan dan mendukung pertumbuhan ekonomi.
Perluasan
kesempatan kerja secara produktif bukan berarti hanya lapangan kerja baru,
melainkan usaha peningkatan produktivitas kerja pada umumnya yang disertai
dengan pemberian upah yang sepadan dengan apa yang telah dikerjakan oleh setiap
pekerja.
1.
Langkah-langkah
Pokok Dalam Perkuasan Kesempatan Kerja
Dalam
usaha menciptakan lapangan kerja, pemerintah secara aktif menyusun kebijakan
makro yang bertujuan mencari sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru. Pada masa
lalu, pertumbuhan ekonomi bersumber pada upah murah (mobilisasi buruh) dan
sumber daya alam. Dua sumber pertumbuhan ini sudah berkurang potensinya dan
sekarang atau ke depan perlu mencari sumber pertumbuhan ekonomi baru dengan
menggunakan jalur investasi, teknologi maupun perdagangan (ekspor-impor)
melalui berkembangnya sektor swasta. Untuk mencapai tujuan ini pemerintah nasional perlu
memasukkan kebijakan ketenagakerjaan sebagai bagian dalampembuatan kebijakan
ekonomi makro sejajar dengan kebijakan ekonomi makro lain atau secara ekplisit
tergambardalam rencana pertumbuhan ekonomi, pengendalian inflasi dan neraca pembayaran.
a. Dalam
pengambilankeputusan tentang kebijakan makro, perlu diikutsertakan ahli-ahli
ekonomi ketenagakerjaan yang kompeten. Masalah ketenagakerjaan sebaiknya
dimasukkan menjadi bagian dari kebijakan ekonomi makro. Hal ini dilakukan agar
kebijakan ekonomi makro sejalan dengan kebijakan ketenagakerjaan. Kebijakan
ketenagakerjaan seyogyanya tidak terpaku pada masalah kesejahteraan pekerja
formal saja, tetapi juga menyiasati kebijakan makro agar pekerja di lapangan
kerja informal, dimana pekerja banyak terkonsentrasi pada usaha menengah, kecil
dan mikro, dapat merasakan manfaatnya.
b. Dari
sisi makro, penciptaan lapangan kerja akan lebih kondusif bila: (a) nilai tukar
dan tingkat suku bunga stabil dan kompetitif, dan (b) reformasi bidang keuangan
dan perbankan dilanjutkan agar fungsi intermediasi bank dapat mendorong
berkembangnya sektor rill.
c. Kebijakan
pokok yang diperlukan untuk mendukung penciptaan kesempatan kerja adalah:
1) Penyempurnaan
regulasi yang berkaitan dengan aturan main ketenagakerjaan.harus dapat
menciptakan pasar kerja yang fleksibel. Aturan main ketenagakerjaan termasuk
pula aturan main yang menyangkut hubungan industrial yang akan dijelaskan pada
bagian tersendiri. Pada tenaga kerja Indonesia yang merupakan pasar dualistic
dengan lapangan kerja informal 70% dari seluruh lapangan kerja, serta jumlah
angkatan kerja yang sangat besar (sekitar 100 juta) dimana kebanyakan angkatan
kerja (sekitar 55%) adalah lulusan SD dan SD ke bawah, ditambah lagi jumlah
penganggur terbuka yang sangat besar (sekitar 9,5 juta orang) maka kebijakan
pasar kerja yang fleksibel sangat dibutuhkan. Dengan makin tidak fleksibelnya
pasar kerja akan berakibat pada tingginya tingkat pengangguran usia muda,
berketerampilan rendah,trutam perempuan. Undang-undang No 13 Tahun 2003 tentang
ketenagakerjaasecara umum memberikan sumbangan yang sangat positif terhadap
berjalannya pasar kerja di Indonesia. Undang-undang yang baru ini
memperlihatkan konsensus dari berbagai pihak tekait mengenai isu-isu yang
sebelumnya sangat menimbulkan pertentangan. Undang-undang yang baru ini juga
sejalan dengan berbagai konvensi ILO yang telah diratifikasi. Hal mendasar yang
dicantumkan dalam Undang-undang tersebut adalah ditetapkannya aturan main
mengenai representasi pekerja dalam rangka proses perundingan kolektif. Namun
demikian, ada beberapa bagian yang apabila dijalankan secara kaku justru akan
mengurangi fleksibilitas pasar kerja. Dilaksanakan secara kaku maksudnya adalah
dilaksanakan tanpa melihat kondisi perusahaan, seperti perusahaan kecil atau
rumah tangga, atau jenis usahanya. Kuncinya, aturan main pasar kerja tidak
seharusnya menimbulkan distorsi yang besar terhap keputusan persahaan mengenai
investasi dan penggunaan tenag kerja. Pengaturan yang berlebihan mengenai uapah
minimum , pekerja kontrak, serta PHK berptensi untuk mengurangi fleksibilitas
pasar kerja.
2) Penyempurnaan
kebijakann dari sisi permintaan (demand side). Kebijakan ini dimaksudkan untuk
meningkatkan investasi dan penguatan pada kegiatan ekonomi yang sudah ada.
Kebijakan perluasan kesempatan melalui investasi dikaitkan pula dengan
kebijakan pengembangan UKM yang akan dibahas secara tersendiri. Selain
kebijakan yang berkait langsung dengan pasar kerja, pencintaan lapangan kerja
sangat ditentukan oleh kebijakan lain. Seperti telah disinggung sebelumnya
keadaan tenaga kerja kita yang mayoritas unskiiled.
Membutuhkan
infestasi dengan dana minimal dapat langsung mempekerjakan tenaga kerja yang
berlimpah. Dengan demikian kebijakan penciptan kesempatan kerja seharusnya
tidak bertengtangan dengan banyaknya industri kecil tau industri rumah tangga
yang banyak menyerap tenaga kerja. Namun demikian, ironisnya, kadang kala
kebijakan yang dikeluarkan berpotensi untuk merugikan perusahaan kecil dan
rumah tangga. Sebagai contoh kebijakan tata niaga gula yang mengakibatkan
kenaikan harga gula 50% dalam sekejap adalah contoh kebijakan yang dalam waktu
singkat memberatkan perusahaan kecil dan rumah tangga yang bergerak dalam
industry makanan jadi. Kebijakan yang didasari niat baik untuk melindungi
petani, tetapi karena pemahaman yang kurang terhadap keadaan pasar tenaga kerja
dapat menjadi boomerang bagi usaha kecil dan rumah tangga.
J.
Hubungan
Pertumbuhan Ekonomi Dan Penyerapan Tenaga Kerya
Pembangunan
ekonomi pada hakeketnya merupakan suatu proses yang berkesinambungan antara
sektor-sektor ekonomi sehingga dengan terciptanya pertumbuhan ekonomi dapat
menciptaakan lapangan kerja, pemerataan pendapatan dan pada akhirnya
meningkatkan taraf hidup masyarakat. Dalam suatu proses pembangunan ekonomi
mencakup aktifitas ekonomi yang mengupayakan tropengoptimalan penggunaan
faktor-faktor ekonomi yang tersedia sehingga menciptakan nilai ekonomis, salah
satu faktor ekonomi yang dimaksud adalah tenaga kerja.
Robert
solow, mengintrodusir pentingnya faktor tenaga kerja dalam pembangunan ekonomi.
Solow mengkritik formulasi harod-domar dari kelompok Keynesian yang hanya
menggunakan pendekatan akumulasi modal tehadap pertumbuhan ekonomi. Dengan
asumsi pertumbuhan tenaga kerja ditentukan secara eksogen dalam pertumbuhan
ekonomis, solow menjabarkan bahwa ketika stok modal tumbuh dengan tingkat
pertumbuhan yang lebih cepat dari pertumbuhan tenaga kerja, maka jumlah
pertambahan modal yang diciptakan oleh setiap tenaga kerja akan meningkat.
Jika
solow menjelaskan hubungan antar pertumbuhan ekonomi dengan faktor tenaga kerja
melalui pendekatan output perkapita, lain halnya dengan simon Kuznets,
mengguunakan pendekatan pendapatan perkapita. Kuznets menjabarkan adanya trade
off antara pertumbuhan ekonomi dengan distribusi yang merata dalam pendapatan
perkapita. Kuznets juga menekankan bahwa untuk mengukur formasi modal adalah tidak
tepat dan tidak efisien bila hanya kepada modal fisik dan modal tetap lainya.
Pemikiran
yang hamper sama dikemukakan oleh athur lewis, dimana struktur ekonomi dibagi
atas sektor kapitalis dan sektor subsistem. Dalam analisis lewis digunakan
asumsi dasar bahwa surplus tenaga kerja terjadi di semua sektor terutama pada
sektor subsistem. Lewis menyebutkan bahwa sektor kapitalis menggunakan reproducible capital dan mendapatkan
keuntungan dari penggunaan factor ini sedangkan sektor subsistem menggunakan tenaga
kerja tersendiri (family labor) dan
tanah sebagai faktor produksi utama. Dalam hal upah, pemikiran lewis sejalan
dengan pemikiran kuznets dimana upah pada sektor kapitalis ditentukan sebesar
tingkat pendapatan disektor subsistem.
Dari
pemikiran Kuznets maupun lewis tersebut tmpak bahwa sektor tradisonol atau
sektor subsistem atau juga sektor pertanian memiliki peranan yang cukup besar
dalam proses pembangunan teritama dalam hal menyerap tenaga kerja. Walaupun
demikian dalam berbagi pemikiran tersebut sektor pertanian seakan menjadi
sektor yang sekunder dalam pembangunan. Pemikiran Schultz yang kemudian
menitikberatkan pembangunan pada sektor pertanin. Schultz mengambil kesimpulan
bahwa faktor manusia jauh lebih dominan kontibusinya terhadap pembangunan
pertanian dan pembangunan ekonomi.
Dudley
seers, ekonomi dan kelompok strukturalis mengemukakan bahwa tolak ukur
pembangunan ekonomi tidak saja pada peningkatan pendapatan perkapita tetapi
hendaknya juga disertai oleh baiknya distribusi pendapatan, menurunnya angka
kemidkinan dan pengangguran. Kemudian Gunnar Myrdal yang mengemukakan tentang backwash effect Negara-negara maju
terhadap Negara-negara miskin. Myrdal mengemukakan bahwa hubungan ekonomi
antara Negara maju dengan Negara yang belum maju menimbulkan ketimpangan
internasional dalam pendapatan perkapita dan kemiskinan. Hal ini disebabkan
oleh kemajuan ilmu dan teknologi, kehadiran pasar yang lebih luas dan
konsentrasi modal keuangan yang tejadi di Negara-negara maju.
Dari
uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah yang paling mendasar dalam
ketenagakerjaan dan pembangunan ekonomi adalah supply-demand dalam pasar tenaga kerja.
K.
Kerangka
Pikir
Bertitk tolak dari tinjauan pustaka yang telah
dikemukakan diatas, maka disusunlah bagan kerangka pikir seperti terlihat pada
gambar 1.
L.
Hipotesis
Sebagai upaya pemecahan masalah yang dikemukakan pada
perumusuan masalah, maka penulis mengajukan hipotesis yaitu, diduga bahwa pertumbuhan
ekonomi mempunyai pengaru signifikan terhedap penyerapan tenaga kerja di
Provinsi Sulawesi Selatan.
BAB
III
METODE PENELITIAN
A.
Lokasi
dan Waktu Penelitian
Untuk keperluan
penulisan ini, penulis memilih daerah Sulawesi Selatan sebagai daerah obyek
penelitian. Waktu
penelitian dilakasanakan selama 2 (dua) bulan yaitu dari Maret sampai April
2013.
B.
Metode
Pengumpulan Data
1. Library Research (Penelitian Kepustakaan)
Library
research adalah penelitian yag diadakan pada perpustakaan dengan tujuan
mendapatkan keterangan berupa teori-teori, yang bersumber dari buku-buku,
artikel-artikel yang berhubungan dengan objek yang akan dibahas.
2. Field Research (Penelitian Lapangan).
C.
Jenis dan Sumber Data
Jenis
data yang digunakan dalam penulisan ini adalah :
1. Data Kuantitatif
Data
ini diperoleh dari instasi terkait seperti Badan Pusat Statistik yang meliputi :
data mengenai tingkat pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja di
Provinsi Sulawesi Selatan, dan lain-lain yang berkaitan dengan masalah
penelitian.
2.
|
Data Kualitatif
Data
ini diperoleh dari buku-buku acuan yang bersumber dari studi kepustakaan dan
artikel-artikel yang berguna bagi terlaksanya penulisan ini.
Adapun
sumber data yang digunakan yaitu berasal dari kantor atau instansi yang terkait
dengan permasalahan tersebut seperti, Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Makassar.
D.
Metode Analisis
Untuk
dapat merumuskan hasil penelitian dan sebagai penyelesaian untuk menentukan
jawaban dari masalah yang diteliti, maka digunakan teknik analisis.
1. Analisis Regresi Sederhana
Regresi
linear sederhana di dasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal satu
variabel independen. Persamaan umum regresi linear sederhana sebagai berikut:
Ý= a + bX
Dimana:
Ý = Penyerapan tenaga kerja
X = Pertumbuhan ekonomi
a = konstanta
b =
koefisien arah
untuk
mengetahui nilai a dan b di gunakan rumus sebagai berikut:
2. Analisa koefeisien korelasi
Analisis
ini di gunakan untuk mengetahui kuat hubungan variabel pertumbuhan ekonomi (X)
terhadap penyerapan tenaga kerja (Y) dan yntuk mengetahuinya di gunakan SPSS 16
dengan menggunakan pedoman interprestasi nilai r, yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.1. : Pedoman interpretasi Nilai r:
No
|
Interval
Koefisien
|
Tingkat
Hubungan
|
1
|
0,00
– 0,199
|
Tidak
Baik
|
2
|
0,20 – 0,399
|
Kurang Baik
|
3
|
0,40
– 0,599
|
Cukup
Baik
|
4
|
0,60 – 0,799
|
Baik
|
5
|
0,80
– 0,100
|
Sangat
Baik
|
Sumber
: sugiyono (2004 : 250)
E.
Defenisi Operasional
Definisi
operasional variabel ini di perlukan sebagai batasan operasional masing-masing
variabel yang diteliti untuk memperjelas arah dan ruang lingkup variabel
penelitian. Adapun batasan operasional masing-masing variabel yang di maksud
adalah:
1. Pertumbuhan ekonomi adalah
peningkatan produksi nasional dan ragional secara fisik, atau dalam istilah
umum adalah peningkatan produk domestic bruto atau produk domestik regional
bruto dalam hal ini adalah PDRB Sulawesi selatan selama lima tahun terakhir
2. Penyerapan tenaga kerja adalah
jumlah tenaga kerja yang bekerja atau yang terserap pada sektor-sektor ekonomi
Sulawesi selatan selama lima tahun terakhir.
BAB IV
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASSAN
A. Gambar Umum Propinsi Sulawesi Selatan
1. Letak
geografis
Provinsi Sulawesi selatan yang beribukota di
kota Makassar terletak antara 0◦12 -80◦ lintang
selatan dan 116◦ 48 -122◦
36 bujur timur. Dengan batas-batas wilajah sebagi berikut :
Sebelah
utara : Provinsi Sulawesi barat
Sebelah
timur : Teluk bone dan provinsi
Sulawesi tenggara
Sebelah
selatan : Laut flores
Sebelah
barat : Selat Makassar
Secara geografis Sulawesi selatan
membujur dari selatan ke utara dengan garis pantai mencapai 2500 km yang
mempunyai 72 sungai besar dan kecil dengan panjang 3.203 km. jumlah aliran
sungai terbanyak di kabupaten luwu, sedangkan sungai terpanjang yaitu sungai
saddang, sungai ini melalui beberapa daerah yakni kabupaten tanah
toraja,enrekang,pinrang dan polewali mandar di Sulawesi barat dengan panjang kurang lebih 150 km.
Luas wilayah provinsi Sulawesi
selatan setelah pemekaran dengan Sulawesi barat adalah 45.519,24 km2 yang
meliputi 20 kabupaten dan 3kota, 20
|
kabupaten yaitu meliputi : Selayar, bulukumba,
bantaeng, jeneponto, takalar, gowa, sinjai, maros, pangkep, barru, bone,
soppeng, wajo, sidrap, pinrang, enrekang, luwu, tanatoraja, luwu utara, dan
luwu timur. Sedangkan untuk 3 kota meliputi: Makassar, pare-pare, dan palopo.
Kota pare pare merupakan kota yang terkecil yakni luasnya hanya sekitar 99,33
km2 atau sekitar 0,22 % sedangkan daerah yang terluas
adalah kabupaten luwu yaitu sekitar 14.788,96 km2 atau sekitar
32,45 % dari luas wilayah provinsi Sulawesi selatan.
Jumlah sungai yang mengaliri wilayah
Sulawesi selatan tercatat sekitar 67 aliran sungai, dengan jumlah aliran
terbesar di kabupaten luwu, yakni 25 aliran sungai. Sungai terpanjang adalah
sungai saddang yang mengalir meliputi kabupaten tator, enrekang, dan pinrang.
Panjang sungai tersebut masing-masing 150 km.
Di Sulawesi selatan terdapat 4 danau
yakni danau temped an danau sidenreng yang berada di kabupaten wajo, serta
danau matana dan towuti yang berlokasi di kabupaten luwu timur. Adapun jumlah
gunung tercatat sebanyak 7 gunung, dengan gunung tertinggi adalah gunung
rantemario dengan ketinggian 3.470 m, diatas permukaan air laut. Gunung ini
berdiri tegak diperbatasan kabupaten enrekang dan luwu.
2. Keadaan Kependudukan Di Provinsi Sulawesi Selatan
Perkembangan jumlah penduduk di
provinsi Sulawesi selatan dalam beberapa tahun belakangan ini sangatlah tepat.
Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.2 : Jumlah Penduduk Provinsi Sulawesi
Selatan Tahun 2004 – 2008
Tahun
|
Jumlah (Jiwa)
|
2004
2005
2006
2007
2008
|
7.397.370
7.494.701
7.595.000
7.700.255
7.805.024
|
Sumber
: BPS, Sulawesi Selatan Dalam Angka 2012
Pada table 2 diperoleh gambaran
mengenai jumlah penduduk prpvinsi Sulawesi selatan, pada tahun 2004-2008
penduduk Sulawesi selatan bertambah sebesar 210.024 jiwa. Pada tahun 2004
penduduk Sulawesi selatan sebesar 7.397.370 jiwa dan pada tahun 2005 menjadi
7.494.701. pada tahun 2006 penduduk Sulawesi selatan sebesar 7.595.000 jiwa
pada tahun 2007 menjadi 7.700.255 jiwa. Hal ini berarti bahwa dalam jangka
waktu tahun (2006-2007) jumlah penduduk di provinsi Sulawesi selatan bertambah
sebanyak 105.255 jiwa. Tahun 2008 jumlah penduduk provinsi Sulawesi selatan
mencapai 7.805.024 jiwa, berarti jumlah penduduk bertambah sebanyak 104.769
jiwa dari jumlah penduduk tahun 2007.
B. Keadaan Tenaga Kerja Di Provinsi Sulawesi Selatan
1. Angkatan Kerja Di Provinsi Sulawesi Selatan
Jumlah angkatan kerja di Sulawesi
selatan juga mengalami peningkatan dari tahu ke tahun. Hal ini dapat dilihat
dalam tabel beriut ini :
Tabel 4.3
: Jumlah Angkatan Kerja di Provinsi Sulawesi Selatan Berumur 15 Tahun ke Atas Tahun 2004 – 2008
Tahun
|
Angkatan Kerja
|
2004
2005
2006
2007
2008
|
3.059.053
3.803.397
3.005.723
3.312.177
3.447.879
|
Sumber
: BPS, Keadaan Angkatan Kerja Sulawesi
Selatan, 2008
Pada
tabel 3 diperoleh gambaran bahwa jumlah angkatan kerja di Sulawesi selatan pada
tahun 2004-2008 mengalami kenaikan sebesar 442.156 atau 14,71 %. Pada tahun
2004 angkatn kerja di provinsi Sulawesi selatan sebanyak 3.059.053 jiwa dan
tahun 2005 sebanyak 3.803.397 jiwa. Pada tahun 2006 angkatan kerja di provinsi
Sulawesi selatan sebanyak 3.005.156 jiwa dan tahun 2007 sebanyak 3.312.177
jiwa, berarti mengalami kenaikan sebesar 306.454 atau 10,20 %. Jumlah angkatan
kerja provinsi Sulawesi selatan pada tahun 2007 sebesar 3.312.177 jiwa dan pada
tahun 2008 menjadi 3.447.879 jiwa. Hal ini berarti bahwa dalam jangka satu
tahun (2007-2008) jumlah angkatan kerja di provinsi Sulawesi selatan bertambah
sabanyak 135.702 jiwa, atau meningkat sebesar 4,10 %.
2. Keadaan Pendidikan, Kesehatan, Dan Keagamaan Di
Provinsi Sulawesi Selatan.
Pembanguna
bidang pendidikan bertuuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pembanguna
sumber daya manusia (SDM) suatu Negara akan menetukan karakter dari pembangunan
ekonomi dan sosial, karena manusia adalah pelaku aktif dari seluruh kegiatan
tersebut.
Dari tahu ke tahun partisipasi
seluruh masyarakat dalam dunia pendidikan semakin meningkat, hal ini berkaitan
dengan berbagai program pendidikan yang dicanangkan pemerintah untuk meningkatkan
kesempatan masyarakat untuk megenyam bangku pendidikan.
Peningkatan partisipasi pendidikan
untuk memperoleh bangku pendidikan tentunya harus diikuti dengan berbagai
peningkatan penyediaan sarana fisik pendidikan dan tenaga pendidik yang
memadai.
Pada tahun 2008 di Sulawesi selatan
terdapat 74 rumah sakit, yang terdiri dari satu rumah sakit umu pusat (RSUP),
28 rumah sakit pemerintah, 15 rumah sakit swasta dan 7 rumah sakit ABRI serta
rumah sakit khusus.
Jumlah puskesmas pada tahu 2008
adalah 2.076 unit yang dapat dikategorikan menjadi 393 puskesmas, 1.284
puskesmas pembantu dan 399 puskesmas keliling.
Demikian pula perkembangan
pembangunan di bidang spiritual dapa diliha dari besarnya sarana peribadatan
masing-masing agama. Tempat peribadatan ummat islam yang berupa masjid dan
mushollah pada tahun 2008 masing-masing berjumlah 11.562,563 dan 1.001 unit.
Tempat peribadatan ummat kristiani,
hindu, dan Buddha masing-masing memiliki 387 gereja katolik, 2.053 gereja
protestan, 4.819 pura dan 23 wihara.
3. Lapangan Kerja di Provinsi Sulawesi Selatann
Jumlah tenaga kerja yang terserap
oleh setiap sektor ekonomi mampu memberikan kontribusi pad struktur
perekonomian nasional. Besar kecilnya tenaga kerja yang terserap menggambarkan
pertumbuhan sektor-sektor ekonomi nasional. Hal ini dapat dilihat dalam tabel 4
berikut :
Tabel
4.4
: Jumlah Penduduk Provinsi Sulawesi Selatan Berumur 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha
Utama Tahun 2004 - 2008
No.
|
Lapangan Usaha Utama
|
2006
|
2007
|
2008
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
|
Pertanian
Pertambangan
dan Penggalian
Industri
Listrik,
Gas dan Air Bersih
Konstruksi
Perdagangan
Angkutan
dan Komunikasi
Keuangan
Jasa
|
1.469.418
12.251
128.966
3.197
99.865
439.047
155.967
24.654
302.04
|
1.580.962
13.321
147.391
5.537
125.726
566.397
185.397
31.364
270.135
|
1.613.949
16.817
183.43
4.48
137.388
578.961
214.592
33.919
352.572
|
|
Jumlah
|
2.635.414
|
2.939.463
|
3.136.111
|
Sumber
: BPS, Sulawesi Selatan Dalam Angka, Tahun 2007 - 2009
Pada tabel 4 diperoleh gambaran
mengenai ketenagakerjaan provinsi Sulawesi selatan, jumlah tenaga kerja per
sektor di provinsi Sulawesi selatan mampu memberikan kontribuusi terhadap
pertumbuhan perekonomian daerah tersebut. Sektor-sektor tersebut masing-masing
memberikan kontribusi dengan proporsi berbeda terhadap penyerapan jumlah tenaga
kerja di provinsi Sulawesi selatan. Pada tebel 5 tersebut, sektor pertanian
merupakan penyerap tenaga kerja terbesar. Pada taun 2006-2008 sektor pertanian
mampu manyerap tenaga kerja sekitar 1,4-1,6 juta jiwa dari jumlah tenaga kerja
di provinsi Sulawesi selatan. Kemudian diiuti oleh sektor perdagangan yang
mampu menyerap sekitar 400-500 ribu tenaga kerja. Kemudian juga diikuti oleh
sektor jasa yang mampu menyerap sekitar 300 ribu jiwa tenaga kerja. Untuk itu
perlu kta ketahui sektor-sektor perekonomian yang menunjukan restasi positif
sesuai dengan sektor-sektoryang sama di tinggkat nasional, dan mengintrospeksi
kembali perencanaan dan strategi pembangunan yang utamanya berkaitan dengan
penyerapan tenaga kerja setiap sektor perekonomian.
4. Produk Domestik Rengional Bruto (PDRB) provinsi
Sulawesi selatan
Pertumbuhan ekonomi di provinsi Sulawesi selatan sebagai salah satu
indicator keberhasilan pembangunan yang diukur dengan Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB). Pada PDRB menurut lapangan usaha selama kurung waktu tiga tahun
(2006-2008) mengalami banyak perubahan. Untuk lebih jelasnya lihat tabel 5
sebagai berikut:
Tabel
4.5
: PDRB Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2006 – 2008
No.
|
Lapangan Usaha Utama
|
2006
|
2007
|
2008
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
|
Pertanian
Pertambangan
dan Penggalian
Industri
Listrik,
Gas dan Air Bersih
Konstruksi
Perdagangan
Angkutan
dan Komunikasi
Keuangan
Jasa
|
18.513.257,30
5.249.991,10
8.254.336,39
629.314,57
2.790.792,42
9.507.866,45
5.102.836,94
3.675.192,88
7.188.235,74
|
20.900.360,49
5.893.998,94
9.158.552,38
721.960,26
3.204.097,51
10.986.578,24
5.769.052,39
4.285.184.43
8.352.139,93
|
25.071.808,60
6.201.497,87
11.060.440,24
838.095,50
4.253.527,78
13.913.799,61
6.972.018,13
5.203.001,17
11.629.002,38
|
|
Jumlah
|
60.902.823,79
|
69.271.924,57
|
85.143.191,28
|
Sumber
: BPS, PDRB Sulawesi Selatan, 2008
Dalam tabel 5 dapat dilihat bahwa
perekonomian kabupaten/kota di provinsi Sulawesi selatan pada tahun 2006-2008
sangat bervariatif. Sektor pertanian mencapai hasil yang paling banak
dibandingkan sektor lain, pada tahun 2006 sektor pertanian mencapai angka
sebesar 18.513.257,30 juta rupiah, tahun 2007 mendapat presentase kenaikan
sekitar 12,89%, atau jumlahnya menjadi 20.900.360,49 juta rupiah, tahun 2008
angka di sektor pertanian menjadi 25.071.808,60 juta rupiah, atau mengalami
pertumbuhan PDRB sekitar 19,96 % dari tahun 2007. Dalam sektor perdangangan
pada tahun 2006 mencapai 9.507.866,45 juta rupiah, pada tahun 2007 terjadi
pertumbuhan dengan angka 10.986.578,24 juta rupiah, atau sekitar 15,55 %. Tahun
2008 juga mengalami pertumbuhan menjadi 13.913.799,61 juta rupiah, atau sekitar
26,64 % dari tahun 2007. Dalam sektor jasa pada tahun ke tahun juga mengalami
kenaikan pada tahun 2006-2007 presentase pertumbuhan sekitar 16,19 %, pada
tahun 2007-2008 sektor jasa mengalami pertumbuhan yang cukup besar yaitu 39,23
%. Pertumbuhan PDRB menurut lapangan usaha dari tahun ketahun juga dialami oleh
sektor-sektor lainnya.
Tabel
4.6
: Pertumbuhan Ekonomi dan Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2004 – 2008
Tahun
|
Pertumbuhan Ekonomi (%)
|
Penyerapan Tenaga Kerja
|
2004
2005
2006
2007
2008
|
5,26
6,05
6,72
6,34
7,78
|
2.135.573
2.317.876
2.635.414
2.939.436
3.136.111
|
Sumber
: BPS, Sulawesi Selatan
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengolah data
program SPSS 16.0 for windows
(statistical package for social science). Maka diperoleh nilai sebagai
berikut :
Y = a + bX
Y
= 93036,914 + 394999,236 X
Dari
gambaran persamaan regresi diatas, maka dapat diinterpretasikan bahwa :
Ø Nilai
a = 93036,914 yang berarti bahwa jika tidak ada nilai dari variable pertumbuhan
ekonomi (X) atau dengan kata lain apabila variable pertumbuhan ekonomi sama
dengan nol, maka penyerapan tenaga kerja hanya sebesar 93036,914
Ø Nilai
b = 394999,236 yang berarti bahwa setiap pertambahan pertumbuhan ekonomi
sebesar 1 satuan, maka akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja sebesar
394999,236.
a. Analisis
Koefisien Korelasi
Untuk mengetahui besarnya
persentase hubungan variable pertumbuhan ekonomi terhadap penyerapan tenaga
kerja di Sulawesi selatan, nilai koefisien korelasi dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tebel
4.7
: Nilai Koefisien Korelasi Pertumbuhan Ekonomi
Model Summary
Model
|
R
|
R
Square
|
Adjusted
R Square
|
Std.
Error of the Estimate
|
1
|
878a
|
.771
|
.695
|
230155.443
|
a. Predictors:
(Constant), PERTUMBUHAN EKONOMI
Sumber
: Olah Data SPSS 16
Berdasarkan tabel 7 diperoleh
koefisien diterminasi R Square = 0,771 yang berarti bahwa 77,1 % pertumbuhan
ekonomi dapat dijelaskan oleh model atau dengan kata lain variable pertumbuhan
ekonomi mempunyai hubungan yang cukup kuat terhadap penyerapan tenaga kerja di
provinsi Sulawesi selatan, dan sisinya 22,9 % dipengaruhi oleh factor lain yang
tidak diperhatikan dalam penelitian ini
b. Analisis
Uji T
Untuk mengetahui pengeruh variable
pertumbuhan ekonomi terhadap penyerapan tenaga kerja maka dilakukan dengan
membandingkan nilai thiting dan ttabel
pada taraf kepercayaan 0,05.
Tabel
4.8
: Analisis Uji T
Coefficientsa
Model
|
Unstandardized Coefficients
|
Standardized
Coefficients
|
t
|
Sig.
|
|
B
|
Std.
Error
|
Beta
|
|||
1 (Constant)
PERTUMBUHAN
EKONOMI
|
93036.914
394999.236
|
805903.648
124308.505
|
.878
|
.
115
3.178
|
.915
.050
|
a. Dependent Variable: P. TENAGA KERJA
Berdsarkan tabel 8 maka diperoleh
hasil uji-t sebagai berikut ; variabel pertumbuhan ekonomi (X) nilai thitung
yang diperoleh sebesar 3.178 dengan signifikansi t nya sebesar 0,050 jauh lebih
kecil dari taraf signifikansi yang digunakan yaitu 0,05 yang menunjukkan bahwa
pertumbuhan ekonomi (X) berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja
di provinsi Sulawesi selatan.
Berdasarkan hasil analisis data
dimana variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan terhadap penyerapan
tenaga kerja di provinsi Sulawesi selatan. Hal ini menunjukkan bahwa
pertumbuhan ekonomi memilik peranan yang sangan penting dalam penyerapan tenaga
kerja, semakin besar pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh provinsi Sulawesi
selatan maka akan semakin besar pula
tenaga kerja yang terserap, begitu juga sebaliknya.
BAB V
KESIMPULAN
DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka
penulis merumuskan kesimpulan sebagai berikut :
1. Pertumbuhan
ekonomi berpengeruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di provinsi
Sulawesi Selatan. Hasil analisis uji t menunjukkann bahwa pertumbuhan ekonomi
berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di provinsi Sulawesi
selatan.
2. Hubungan
antara pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja cukup kuat dengan nilai
R = 77,1%
B. Saran
Adapun
saran yang penulis ajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Sebaiknya
pemerintah provinsi Sulawesi selatan lebih memperhatikan sektor-sektor ekonomi
guna meningkatkan pertumbuhan ekonominya
2. Sebaiknya
pemerintah berusaha meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang tentuna akan berdampak pada penyerapan tenaga kerja
yang pada akhirnya akan maeningkatkan kesejahteraan masyarakat.
|
DAFTAR PUSTAKA
Arief EK Muh.
2008. Analisis Kesempatan Kerja di
Provinsi Sulawesi Selatan 1997-2006.
Skripsi Ekonomi Universitas Hasanuddin Makassar
Arief Tiro,
Muhammad. 2002. Analisis Korelasi dan
Regresi State University Of Makassar
Press, Makassar
Assad. 2008. Kontribusi Pendapatan Tenaga Kerja Wanita
PT. Panply Terhadap Pendapatan Keluarga
Di Desa Puty Kecamatan Bua Kabupaten Luwu. Skripsi
Makassar : Uniersitas Negri Makassar
Basri, F.
2002. Perekonomian Indonesia, Tantangan
Dan Harapan Bagi Kebangkitan Ekonomi Indonesia, Erlangga, Surabaya
Badan Pusat
Statistik. BPS kota makassar 2004 2008.
Makassar Sulawesi Selatan
Badan Pusat
Statistik. Keadaan Angkatan Kerja Sulawesi
Selatan. BPS, 2008. Makassar
Badan Pusat
Statistik, “Keadaan Angkatan Kerja di
Indonesia, Tahun 2006 – 2008”, Badan Pusat Statistik Sulawesi
Selatan, Makassar
Badan Pusat
Statistik, “Produk Domestik Regional
Bruto Sulawesi Selatan 2008”, Badan
Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan
Badan Pusat
Statistik, “Sulawesi Selatan Dalam Angka
2009”. Badan Pusat Statistik
Provinsi Sulawesi Selatan
Gregory
Mankiw, N. 2003. Teori Makro Ekonomi
Edisi Lima. Ciraces jakarta. Erlangga
Husna Asmaul,
2007. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah
Melalui Pertumbuhan Ekonomi Terhadap
Kesempatan Kerja Provinsi Sulawesi Selatan. Skripsi Ekonomi Uniersitas Hasanuddin. Makassar
|
http://google.co.id/download/ Ketenagakerjaan Dan Kesempatan Kerja di Sulawesi Selatan. Di Akses 29 April 2010
Mulyadi S, 2003. Ekonomi
Sumberdaya Manusia dalam Prespektif Pembangunan.
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Rewu Cindy, AN. 2007. Tingkat
Penyerapan Tenaga Kerja dan Produktivitas Sektor
Industri Provinsi Sulawesi Selatan. Skripsi Ekonomi Universitas Hasanuddin, Makassar
Sumarsono Sonny. 2003. Ekonomi
Manajemen Sumberdaya Manusia dan Ketenagakerjaan,
Graha Ilmu, Yogyakarta
Sanusi Bachrawi, 2004. Pengantar
Ekonomi Pembangunan. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Taringan, Robinson. 2007. Ekonomi Regional “Teori dan aplikasi”. Jakarta: PT. Bumi Aksara