Rabu, 22 Juli 2015

BKLDK: Umat Islam Minoritas Kerap Menjadi Korban Intoleransi

Masjid Baitul Mutaqqin sebelum dibakar

PERISTIWA tragedi kerusuhan yang berujung pada pembakaran kios dan masjid di Tolikara, Papua  saat 17 Juli 2015 bertepatan dengan 1 Syawal 1436H telah mencoreng rasa toleransi yang selama ini digadang-gadang sejumlah pihak. Gagasan kedamaian antar ummat beragama yang selama ini muncul dinilai sekedar ucapan bibir belaka.

Saat ummat Islam menjadi mayoritas, ummat Islam senantiasa diminta untuk menghormati peribadatan agama lainnya. Sehingga seringkali isu intoleran dilemparkan sejumlah pihak yang selama ini mendukung gerakan liberalisasi Islam dan sekulerisasi.

“Namun tatkala ummat Islam berada di wilayah minoritas, justru kita dipaksa untuk menghormati ibadah agama lainnya, bahkan terkadang seringkali terjadi intoleran dalam peribadatan ummat Islam,” ujar Ketua Badan Koordinasi Lembaga Dakwah Kampus (BKLDK) Rizqi Awal dalam keterangannya kepada Islampos, Rabu (22/7/2015)

Dengan kejadian ini, (BKLDK) mengimbau agar pelaku diadili dan prosesnya harus terbuka. Serta meminta kepada pihak-pihak yang terlibat melakukan permintaan maaf sebesar-besarnya kepada ummat islam di Indonesia secara khusus, dan dunia pada umumnya.

“Meminta kepada seluruh ummat islam untuk terlibat gotong royong membangun kepentingan ummat islam di Tolikara, Papua terutama Masjid dan membantu mendirikan kembali kios-kios yang terbakar, baik berupa tenaga, doa dan dukungan material secara langsung.”

Peristiwa tersebut telah mencederai ummat Islam dan toleransi beragama yang telah menjadi pondasi kesatuan masyarakat. “Maka siapa pun yang kelak memulai kembali perseteruan dan atau peristiwa serupa, sesungguhnya ia telah membawa genderang perang perlawanan terhadap kaum muslimin khususnya dan masyarakat pada umumnya,” tukas Rizqi. [rn/Islampos]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar