Rabu, 26 Agustus 2015

Indonesia Krisis Salah Siapa?

https://lh3.googleusercontent.com/-ZRzruDg2Vhk/VdwkbGJjCUI/AAAAAAAAAvY/jEgh6cEeHaw/w661-h818/11889475_10205949672793350_3520090146878801124_n.jpgKrisis ekonomi sudah di pelupuk mata.
Nilai tukar Rupiah ke Dollar adalah indikatornya.
Jokowi bolehlah cari-cari alasannya.

Tapi sebaiknya, carilah yang ada di lingkar kendalinya.
Karena meratapi pemerintahan sebelumnya tak ada guna.
Menyalahkan Tiongkok, Yunani, Korea, buang waktu saja.
Sebaiknya dia introspeksi, apa yang salah di pemerintahannya.

Ada persoalan sistemik strategik jangka panjang di sana,
dan ada beberapa persoalan taktik jangka pendek juga.
Tapi semua masih dalam lingkar kendalinya.

Dari jangka pendek dulu kita coba mengurainya.
Dia ubah organisasi beberapa kementerian dan lembaga.
Padahal menyiapkan perpres untuk itu perlu sekian lama.
Lalu UU ASN mewajibkan seleksi terbuka seluruh pejabatnya.
Baru kemudian bisa mengajukan anggarannya.
Semua perlu berbulan-bulan prosesnya.

Jangan salahkan kalau semua pekerjaan lambat mulainya.
Lalu dia biarkan pimpinan KPK tidak berdaya,
oleh kasus ecek-ecek yang sudah sekian lama.
Penemu mobil listrik juga diseret-seret polisi dan jaksa,
konon karena dulu tak lulus uji emisi seperti apa.

Akibatnya kini semua pemegang anggaran ikut paranoia.
Daripada nanti dipanggil Bareskrim, lebih baik konservatif saja.
Tidak perlu lah bikin terobosan atau inovasi aneka rupa.
Biar saja serapan anggaran minimum, asal "aman & bahagia".

Sedang yang jangka panjang, ah apakah sampai akal kita?
Bukan cuma akal Jokowi tetapi masyarakat semua?
Tentang sistem kapitalisme yang mencengkeram dunia?
Sehingga saham-saham BUMN bisa rontok seketika,
termasuk uang BPJS yang konon setrilyun rupiahnya ...
hilang dalam permainan valas dan stock di lantai bursa,
setelah sebelumnya digoreng sedemikian rupa.

Apakah kita juga paham tentang riba yang menjerat kita?
Setelah merasa bangga dengan utang segunungnya?
Juga oleh berbagai perjanjian yang amat liberal nuansanya?
Entah yang bernama WTO, GATT, ACFTA ataupun MEA?
Yang dengan itu kini ribuan pekerjaan disapu habis Cina,
lengkap sampai ke buruh yang serendah-rendahnya !
Akibatnya slogan AYO KERJA terasa kosong nan hampa,
kalau semua sudah diborong asing, kita mau kerja apa?

Kalau kita mau, itu kita bisa tunda atau batalkan seketika !!!
Karena masyarakat kita tidak siap dan itu jadi malapetaka !!!
Karena juga itu banyak bertabrakan dengan syari'at agama !!!
Mungkin juga karena itu pemerintahan ini hilang berkahnya !!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar