- Setiap kali rakyat digiring, berbondong-bondong, mendatangi Kotak Suara, untuk memilih para ‘pemimpin’nya. Namanya Pemilihan Kepala Daerah Langsung (Pilkadal)
- Rakyat disodori pasangan orang-orang yang sesungguhnya tak pernah dikenalnya secara dekat, kecuali hanya dari media massa. Kebanyakan bahkan tak tahu reputasinya.
- Kalaupun pasangan itu berasal dari (mantan) ‘pemimpin’ yang (masih) menjabat, sebenarnya tidak ada bedanya. Siapa saja, sama saja.
- Itulah sistem demokrasi, yang tidak lain hanyalah mesin, instrumen melegitimasi seseorang menjadi ‘pemimpin’, yang sesungguhny ajuga tanpa pilihan.
- Slogan yang digunakan dalam mesin ini, ‘langsung, umum, bebas dan rahasia’, hanyalah ilusi semata. Yang ada adalah sebaliknya.
- Prosesnya jelas tidak langsung, tanpa keumuman, pilihannya tidak bebas, dan kerahasiaan tidak pernah terjaga. Semua sudah ditapis, ditentukan, sebelumnya.
- Pilkadal, atau Pemilu secara umum, hanyalah permainan kaum elit, kelas politisi, dengan rakyat sebagai sumber legitimasi dan pembenaran saja.
- Pemilu adalah instrumen ciptaan para bakir untuk menciptakan ‘kelas politisi’ tersebut, parasit masyarakat, sebagai pelindung kepentingan-kepentingan para banker itu
- Para politisi tidak pernah memikirkan dan bekerja untuk rakyat. Mereka bekerja demi diri sendiri dan para majikan mereka, para bankir itu.
- Yang disebut ‘kepentingan umum’, sebagai klaim mereka bekerja, itu pembenaran semata bagi kekuasaan negara untuk menjadikan rakyat sebagai sumber pemerasan, demi majikan.
- Bagi bankir, melalui para politisi ciptaan yang mereka gaji (melalui APBN), rakyat hanyalah jadi agunan, sumber pemajakan, untuk cicil utang bunga berbunga.
- Ya, bahkan untuk menggaji diri mereka sendiri, para politisi itu mendapatkan hutang dari para bankir. Sebagian besar APBN itu hanyalah untuk biaya rutin ini.
- Kata ‘rakyat’ yang maknanya sesungguhnya adalah ‘mereka yang dilindungi’, ditransformasikan menjadi ‘warga negara’, yang maknanya adalah ‘yang harus dipajaki’.
- Kelas politisi adalah kelas baru, ciptaan para bankir sejak Revolusi Perancis, sebagai pelindung mereka. Semula tak ada. Lalu ada, hanya jadi parasit dalam masyarakat.
- Pilkadal, dan Pemilu pada umumnya, adalah instrumen para bankir melahirkan kelas politisi, yang tugasnya menjamin kepentingan bankir, menjadi bumper di hadapan rakyat.
- Kelas politisi, yang memerintah maupun yang menjadi oposan, hanyalah para boneka. Kekuasaan sebenarnya ada di tangan para bankir. Mereka yang mengatur semuanya.
- APBN bukanlah demi rakyat. Isinya adalah proyek-proyek, asal proyek, untuk menyerap investasi para bankir, kredit berbunga setiap tahunnya, dengan atas nama ‘rakyat’.
- Hampir semua dana yang dihambur-hamburkan para politisi itu hasil ngutang tersebut, dengan bunga berbunganya, plus pemajakan atas rakyat. Penjarahan dari Segala Arah!
- Negara adalah hasil konspirasi para bankir dengan kelas politisi, demi utang berbunga, dengan warga negara sebagai agunan/jaminan. Inilah Negara Fiskal.
- Dalam negara fiskal ciptaan bankir ini, semuanya dikatakan ilegal, kecuali yang membayar pajak. Negara ada untuk memajaki warga. Demi cicilan utang berbunga
- Maka, jangan heran, makin hari pajak semakin luas, semakin mencekik, dan semakin ganas. Pajak tak bertepi. Itu demi para bankir, jaminan agar utang tercicil.
- Dulu, zaman kolonial, kita kenal Tanam paksa. Hari ini ‘tanam paksa’ berganti baju dengan ‘alat tukar paksa’, uang kertas tak bernilai, tujuannya sama: merampok harta warga.
- Dulu penindasan dipimpin oleh para ‘Gubernur Jenderal’, dengan tanam paksa dan sejenisnya tersebut. Hari ini ‘alat tukar paksa’ dipimpin oleh ‘Presiden’ atau ‘Perdana Mentri’.
- Dengan ‘tanam paksa’ yang bisa dirampok hanya mereka yang punya kopi, gula, lada, dll. Dengan ‘alat tukar paksa’ maka semua orang, termasuk fakir miskin, dirampok.
- Untuk memproduksi uang kertas, entah dengan nominal Rp 1000 atau 100 USD, ongkosnya sama sekitar 4 sen dolar Selisihnya harus dbayar rakyat dengan harta dan tenaga.
- Uang kertas itu adalah sihir para bankir. Itu hanya angka-angka semata, yang diberi nama, dan dipaksakan oleh negara sebagai bernilai. Beda nama, beda nilai.
- Wahai rakyat, sadarilah kolonialisme dan imperialisme belum berakhir. Hanya berganti wajah dan modus belaka.
- Presiden, Perdana Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota, yang rakyat pilih dalam Pemilu atau Pilkada, tidak memiliki kuasa. Mereka boneka saja.
- Prosedur pemilu itu pura-pura saja. Semua sudah diatur. semua sudah ditapis. Hanya beda tampilan dari penunjukan para demang kolonial
- Para cukong, para bankir, yang tidak tampak di mata rakyat, mengatur semuanya. Di balik layar mereka mengendalikan melalui kuasa uang.
- Jadi, bankir adalah mahkluk paling keji, manusia tak berhati, adalah lintah darat. Pemakan riba, yang kata Rasulullah Salallahualaihi wa sallam, ‘36x lebih rendah dari pezina/pelacur’.
- Hanya saja, di mata masyarakat, mereka tampil elegan. Berjas berdasi, Dicitrakan sebagai penolong masyarakat. Profesi hebat. Dilindungi politisi.
- Negara, kolusi politisi dan bankir itu, tidak pernah benar-benar bekerja buat rakyat. Sebaliknya rakyat hanya dijadikan agunan untuk terus menyusu pada utang berbunga para bankir.
- Maka, rakyat harus belajar, dan menjalani hidup, tanpa ketergantungan apa pun pada negara. Merdekakan dirimu dan keluargamu dari para politisi! Dan dari para bankir.
- Mulai jauhi bank dan bankir. Kurangi gunakan uang kertas, produk sihir, jerat penindasan mereka atas rakyat. Tinggalkan sistem riba ini.
- Jalan keluarnya hanya itu. Taati perintah Allah SWT dan ikuti Rasul SAW: tinggalkan riba. Mulai tegakkan muamalah yang halal.
- Secara bertahap miliki n gunakan dinar emas dan dirham perak. Gunakan keduanya dalam transaksi, hingga emas dan perak kembali ke rakyat
- Pelajari dan pahami tentang muamalah dengan Dinar dan Dirham ini. Kunjungi situs yang ada. Baca buku dan risalah yang ada
- Organisir diri. Bangun jamaah. Ikuti yang telah memulainya. Datangi atau bangun pasar-pasar terbuka dengan Dinar dan Dirham.
- Ubah diri kita, agar Allah akan ubah nasib kita. Tegakkan yang haq, yakni muamalah, hingga yang batil, kapitalisme ribawi, musnah. End.
- Sekian
Kamis, 14 Juli 2016
Merdekakan Dirimu dan Keluargamu
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar