Sabtu, 01 Agustus 2015

Membela Kehormatan Orang lain

Ilustrasi: imuslimguide.com
MAJELIS yang paling mulia adalah majelis dzikir dan ilmu. Sekarang, bagaimana menurut Anda bila seorang manusia terpilih dan pembimbing umat mengetengahkan pembicaraan, pengarahan, dan bimbingannya?

Beliau adalah Rasulullah Saw. Beliaulah yang selalu mengoreksi orang yang keliru, meluruskan kesalahan orang yang jahil, memperingatkan orang yang lalai, sama sekali tidak didapatkan dalam majelis beliau kecuali kebaikan-kebaikan. Hal itu adalah salah satu bukti kesucian majelis dan ketulusan hati beliau.


Beliau selalu menyimak dengan baik dan mendengarkan dengan seksama orang yang berbicara kepadanya. Akan tetapi beliau tidak mau mendengarkan ghibah (hal gunjingan) dan tidak rela mendengarkan namimah (hasutan) dan buhtan (tuduhan palsu dan ucapan bohong). Beliau selalu membela kehormatan orang lain.

Dari Itban bin Malik ia berkata, “Pada sebuah kunjungan, beliau mengerjakan shalat di rumah kami. Seusai shalat beliau bertanya,

“ Di mana gerangan malik bin ad-Dukhsyum?”

Ada seorang yang menyahut, “Dia adalah seorang munafik, tidak mencintai Allah dan RasulNya!”

Rasulullah segera menegur seraya berkata,

“Janganlah kamu ucapkan demikian, bukankah kamu mengetahui dia telah mengucapkan syahadat La ilaha ilallah semata-mata mengharapkan (melihat) wajah Allah.” (HR. Muttafaq’alaih).
 
Beliau sangat memperingatkan dari persaksian palsu dan perampasan hak!

Dari Abu Bakar ia berkata bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda,

“Inginkah kalian aku kabarkan dosa-dosa yang paling besar?” Kami menjawab, “Tentu wahai Rasulullah!” Beliau bersabda, “Mempersekutukan Allah dan mendurhakai kedua orang tua,” beliau sebelumnya berbaring kemudian beliau duduk sambil bersabda, “Ketahuilah, berikutnya dalah persaksian palsu!” Beliau terus mengulangi ucapan itu sehingga kami berkata, ‘Seandainya beliau diam (berhenti)’.” (HR. Muttafaq’alaih)

Meskipun beliau mencintai Aisyah, beliau tetap menyanggap ghibah yang diucapkan istri tercinta beliau itu. Beliau jelaskan kepadanya betapa bahayanya ghibah.

Aisyah pernah berkata, “Cukuplah bagimu tentang kekurangan Shafiyah bahwa dia begini dan begini.” Perawi menjelaskan bahwa maksudnya tubuhnya pendek. Rasulullah langsung menegur,

“Engkau telah mengucapkan sebuah kalimat yang seandainya dicampur dengan air lautan niscaya akan mengotorinya.” (HR. Abu Dawud)

Rasulullah telah memberikan kabar gembira bagi orang yang membela kehormatan saudaranya (seagama).

“Barangsiapa yang membela kehormatan saudaranya dari perkataan ghibah, niscaya menjadi suatu keharusan bagi Allah untuk membebaskannya dari api neraka.” (HR. Ahmad).

......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar