Jumat, 31 Mei 2013

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Sulawesi Selatan (Amir Hamid : 1639)

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Masalah pertumbuhan ekonomi dewasa ini menjadi tujuan setiap Negara,khususnya bagi setiap Negara-negara sedang berkembang. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan dalam pelaksanaan pembangunan dan terciptanya kesepakatan kerja.pembangunansuatu negara bertujuan untuk menciptakan suatu masyarakat yang memiliki tingkat kesejahteraan hidup yang lebih baik.ada cita-citayang terkandungdalam proses pembangunan yang dapat mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.
Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan fisikal produksi barang dan jasa yang berlaku disuatu daerah, seperti pertmbahan jumlah produksi barang industri,perkembangan infrastruktur, pertambahan jumlah sekolah, pertambahan produksi sektor jasa dan pertambahan produksi barang modal.oleh sebab itu untuk memberikan sutu gambaran mengenai pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu negara, ukuran yang digunakan adalah tingkat pertumbuhan pemdapatan nasional riil yang dicapai. Pertumbuhan ekonomi yang menyebabkan barang dan jasa yang diperoduksi dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat sehingga tercipta
1
 
kesepakatan kerja.
Dengan demikian dalam mengejar pertumbuhan ekonomi harus disertai dengan penciptaan lapangan kerja baru. Bukan sekedar pertumbuhan ekonomi tinggi, tetapi pertumbuhan kuantitas dan kulitas lapangan kerja melalui usaha ekonomi padat pekerja. Investasi pemerintah melalui kebijakan fiskal dan moneter harus mempertimbangkan dan memberi prioritas pada sektor ekonomi (business) yang potensial seperti; sektor pertanian, manufaktur,makanan dan sektor jasa.
Berbagi kebijakan pemerintah dalam melaksanakan pembangunan khususnya yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat maupun oleh pemerintah daerah otonom yang senantiasa bertujuan merperbaiki, mempengaruhi dan mengadakan serta mengarahkan perubahan-perubahan dalam kegiatan pelaksanaan pembangunan.
Dalam meningkatkan penerimaan dari pendapatan asl daerah,maka dana untuk pengeluaran pembangunan semakin besar dalam memperlancar kegiatan pembangunan dalam segala sektor yang kemudian mendorong pertumbuhan ekonomi.
Dengan keterbatasan sumber-sumber penerimaan daerah, maka pemerintah daerah akan mengalami kesulitan dalam perannya sebagai pendorong utama pembangunan didaerah optimal. Oleh sebab itu pemerintah daerah pada awal priode otonomi daerah disentralisasi sangat mengharapkan bahwa sektor swasta dan masyarakat dapat lebih berperan melaksanakan pembangunan daerah dengan memberikan kontribusi pada pajak dan retribusi daerah.
Untuk merealisasikan hal tersebut dibutuhkan dana dalam membiayai kebutuhan pembangunan termasuk pengeluaran rutin seperti belanja pegawai dan pengeluaran modal yang dimaksud juga disebut sebagai biaya pembangunan. Demikian pula pembiayaan pembangunan, termasuk pembiayaan pada sektor pertanian dan pengairan, perdagangan dan industri, pembangunan daerah sebagainya.
Ketenagakerjaan merupakan aspek yang penting dalam pembangunan ekonomi, karena tenaga kerja merupakan salah satu balas jasa faktor produksi.akhir-akhir topik mengenai masalah ketenagakerjaan dan pertumbuhan ekonomi baik dalam skala nasional maupun regional mendapat perhatian banyak orang. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi mmbutuhkan penambahan inestasidan kebijakan ekonomi yang kondusif merupakan suatu hal penting.dengan penambahan inestasi baru diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya juga dapat menciptakan lapangan kerja baru.
Gambaran pembangunan di sulawesi selatan dapat di paparkan sebagai berikut. Berdasarkan data pada badan pusat statistik makassar (BPS MAKASSAR) daerah sulawesi selatan antara tahun 2004-2008, pendapatan asli daerah sulawesi selatan meningkat dari tahun ke tahun.
Selama priode 2004 - 2008, perekonomian sulawesi selatan relatif stabil dengan rata-rata pertumbuhan 6,43 persen per tahun. Kinerja ekonomi sulawesi selatan terus membaik sejak tahun 2001. Hal ini ditunjukan dengan pertumbuhan ekonomi sulawesi selatan yang semakin meningkat, hingga pada tahun 2004 mencapai 5,26 persen kemudian meningkat tahun 2005 tumbuh 6,05 persen, dan pada tahun 2006 pertumbuhan ekonomi sulawesi selatan mencapai angka 6,72 persen, namun pada tahun 2007 sedikit melambat dengan tumbuh 6,43 persen, kemudian mengalami peningkatan kembali pada tahun 2008 dengan pertumbuhan 7,78 persen (berdasarkan harga konstan).
Pertubuhan ekonomi dapat dilihat dari besarnya nilai PDRB (atas dasar harga konstan) yang berhasil dicapai pada tahun tertentu. Berbagai upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk menjaga agar perekonomian di daerah ini tetap tumbuh memperlihatkan hasil yang cukup menggembirakan.
Selain potensi ekonomi daerah didominasi juga sektor pertanian yang memiliki pertumbuhan yang relatif rendah, sulawesi selatan juga diharapkan pada etersediaan sarana dan prasarana yang memadai,kewiraswastaan (entrepreneur) namun yang menjadi kelangkaan investasi untuk menggali potensi sumber daya yang ada. Di samping itu dana yang berasal dari anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) juga sangat terbatas karena rendahnya penerimaan yang berasal dari daerah itu sendiri maupun sumber-sumber dana atau penerimaan yang berasal dari pusat. Oleh karenanya pertumbuhan ekonomi ini tidaklah diartikan sebagai pertumbuhan anti padat modal dan teknologi, akan tetapi penekanannya terletak pada penciptaan peluan bagi skala yang menciptakan lapangan kerja dengan atau tanpa pemakaian teknologi. Masih segar dalam ingatan kita tentang proses reolusi hijau (1968-1984) atau terkenal dengan “green revolution”,dimana pada puncaknya, indonesia mencapai swasembada beras (1984) berkat peranan dua teknologi biologi; bibit unggul dan pemupukan. Eknologi ini mampu mensubstibusi ukuran kecil tanah petani. Teknologi ini telah berhasil meningkatkan produksi dan juga menciptakan jutaan  lapangan kerja bagi buruh tani.
Dalam meelaksanakan pembangunan ekonomi d indonesia, ada beberapa pengelompokan bidang atau sektor, yang meliputi; pertanian, pertambangan, industri, listrik, bangunan, perdangangan, transportasi, keungan, dan jasa dimana sektor-inilah yang banyak menyerap tenaga kerja.
Setiap daerah memiliki masalah kebutuhan da potensi sangat beragam, sehingga perencanaan pembangunan akan beragam pula. Pemrintah daerah yang sangat memahami keadaan dan potensi yang dimiliki dearahnya yang dapat di jadikan andalan serta sector yang dpat menjadi unggulan daerahnya untuk memperoleh tingkat yang lebih tinggi. Adapun karakteristik yang berbeda-beda tersebut menyebabkan hal ini menjadi sangat kompleks.
Provinsi Sulawesi selatan memiliki keadaan tofografi maupun kondisi wilayah yang berbeda-beda yang menyebabkan sumber daya yang dimliki setiap daerah juga berbeda-beda yang akhirnya akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan terciptanya kesempatan kerja. Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka pada penelitian ini akan diteliti mengenai pengaruh penyerapan tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi di proinsi Sulawesi selatan dengan melihat tingkat pertumbuhan ekonomi di Sulawesi selatan.


B.     Rumusan Masalah
Beradsarkan latar belakang diatas maka dari itu masalah yang akan dirumuskan pada penelitian ini adalah : “Seberapa pengaruh pertumbuha ekonomi terhadap penyerapan tenaga kerja di provinsi Sulawesi selatan”.
C.    Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang akan dikemukakan diatas, maka tujuan pemelitian adalah untuk mengetahui besarnya pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap penyerapan tenaga kerja di provinsi Sulawesi selatan.
D.    Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebgai berikut :
1.   Bagi almamater Unismuh Makassar
Untuk menambah koleksi karya ilmiah sebagai literatur atau acuan bagi yang ingin memperkaya wawasan mengenai masalah yang akan dibahas pada laporan penelitian ini.
2.   Bagi instansi terkait.
Diharapkan dapat memberi wawasan dan masukan kepada pemerintah selaku penentu kebijakan dalam perencanaan dan pembangunan pertumbuhan ekonomi di provinsi Sulawesi selatan.


3.   Bagi peneliti.
Dapat menambah pengetahuan, wawasan keilmuan serta memberikan pengalaman, khususnya bagi penulis dan pada umumnya bagi pembaca.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.       Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Membahas tentang pertumbuhan ekonomi, kita telah mengetahui secara bersama bahwa pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan produksi Nasional dan Regional secara fisik, atau dalam istilah umum adalah peningkatan produk domestic bruto atau produk domestic regional bruto. PDB atau PDRB adalah jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu perekonomian Negara atau daerah dalam waktu satu huruf. Atau dengan kata lain pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan nasional riil. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan output riil definisi pertumbuhan ekonomi yang lain adalah bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada kenaikan output perkapita. Pertumbuhan ekonomi menggambarkan kenaikan taraf hidup diukur dengan output riil per orang.
Pertumbuhan ekonomi merupakan fenomena penting yang dialami dua abad sekarang ini. Disamping itu juga merupakan masalah dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tujuan dari trilogy pembangunan yang harus dipenuhi sebagai landasan pembangunan yang diukur dengan berkembangnya produk barang dan jasa yang sangat diperlukan karena ada dua faktor yang sangat menentukan yakni bertambahnya jumlah produk dari tahun ke
8
 
tahun dan meningkatnya tingkat kesejahteraan masyarakat sebagai hasil pembangunan itu sendiri, sehingga masyarakat sangat membutuhkan banyak barang dan jasa baik itu barang privat maupun barang publik.
Pertumbuhan ekonomi adalah proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Dapat dikatakan bahw pertumbuhan ekonomi menyangkut perkembangan yang perdimensi tunggal dan diukur dengan meningkatkan hasil produksi dan pendapatan. Dalam pertumbuhan ekonomi ditelaah proses produksi yang melibatkan sejumlah sarana produksi tertentu.
Selanjutnya dikatakan pula bahwa pertumbuhan konomi ada apbila terdapat lebih banyak output, tetapi juga perubahan-perubahan dalam kelembagaan dan pengetahuan teknik dalam menghasilkan output yang lebih banyak. Pertumbuhan dapat meliputi penggunaan lebih input dan lebih efisien yaitu adanya kenaikan output per satuan unit.
Kemudian Simon Kuznets pada kuliahnya dalam peringatan nobel mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan jangka panjang dan kemampuan suatu Negara untuk menyediakan banyhak barang-barang ekonomi kepada penduduknya, kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi dan penyesuaian kelembagaan ideologis yang diperlukan. Definisi ini memiliki tiga komponen yaitu; Pertama, Pertumbuhan ekonomi suattu bangsa atau daerah terlihat dengan meningkatnya secara terus menerus ketersediaan barang; Kedua, teknologi majumerupakan faktor dalam pertumbuhan yang menentukan derajat pertumbuhan kemampuan dalam penyediaan aneka barang kepada penduduk; Ketiga, Pertumbuhan teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya penyesuaian dibidang kelembagaan dan ideology sehingga inovasi yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat manusia dapat dimanfaatkan secara tepat.
Pertumbuhan ekonomi merupakan perhatian sangat penting dalam kehidupan perekonomian. Simon Kuznets menunjukkan enam cirri pertumbuhan ekonomi modern yang muncul dalam analisa yang didasarkan pada produk nasional dan komponennya, penduduk, tenaga kerja, dan sebagainya. Dari keenam ciri itu dua diantaranya adalah kuantitatif yang berhubungan dengan pertumbuhan produk nasional dan pertumbuhan penduduk, yang dua berhubungan dengan peralihan-peralihan struktur dan dua lagi dengan penyebaran internasional.
Adapun keenam ciri pertumbuhan ekonomi tersebut adalah sebagi berikut :
a.    Laju pertumbuhan penduduk dan produk perkapita
Pertumbuhan ekonomi sebagaimana terungkap dari pengalaman Negara maju sejak akhir abad ke- 18 dan abad ke- 19, ditandai dengan kenaikan produk perkapita yang tinggi diikuti dengan laju pertumbuhan penduduk cepat.
b.   Peningkatan produktifitas.
Pertumbuhan ekonomi terlihat dari semakin meningkatnya laju produk perkapita terutama adanya perbaikan kualitas input yang meningkatkan efisiensi dari produktifitas per unit input. Kenaikan efisiensi berarti penggunaan output yang lebih besar untuk setiap unit input.
c.    Laju perubahan struktur yang tinggi.
Perubahan struktur dalam pertumbuhan ekonomi yang mencakup peralihan dari kegiatan pertanian ke non pertanian, dari industry ke jasa perubahan dalam skala unit-unit produksi, dan peralihan dari perusahaan perseorangan menjadi perusahaan berbadan hukum serta perubahan status kerja buruh.
d.   Urbanisasi
Pertumbuhan ekonomi ditandai dengan semakin banyaknya penduduk di Negara maju yang berpindah dari pedesaan ke perkotaan.
e.    Ekspansi Negara Maju.
Pertumbuhan Negara maju kebanyakan tidak sama pada beberapa bangsa. Pertumbuhan ekonomi modern terjadi lebih awal dari pada bangsa lain. Hal ini berarti sebagian besar disebabkan perbedaan latar belakang sejarah dan masa lalu.
f.    Arus barang, Modal dan Antar Bangsa.
Arus barang, Modal, dan Orang antar bangsa akan mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Pada umumnya para ahli ekonomi memberikan pengertian yang sama terhadap istilah yang sama tersebut. Mereka mengartikan pertumbuhan sebagai kenaikan dalam produk domestik bruto dan pada penggunaan yang lebih umum.

B.     Teori Pertumbuhan Ekonomi
1.      Teori Para Pakar Klasik
Kaum klasik berpendapat bahwa mekanisme pasar akan secara otomatis menjadikan perekonomianberjalan dengan efisien.
a.       Smit dalam suparmoko (1998). Untuk berlangsungnya perkembangan ekonomi diperlukan adanya spesialis atau pembagian kerja agar produktifitas tenaga kerja bertambah.disebutkan pula bahwa sebelum adanya pembagian kerja harus ada akumulasi modal dimana modal ini berasal dari investasi dan tabugan. Disamping itu pasar harus seluas mungking dapat menampung hasil produksi karena perdangan luar meluaskan pasar, maka pasar terdiri atas pasar dalam negeri dan pasar luar negri.
b.      David Ricardo. Membagi masyarakat menjadi tiga golongan yaitu;golongan kapitalis,golongan buruh,dan golongan tuan tanah. Sesuai dengan penggolongan tersebut maka pendapatan nasional dibagi menjadi tiga, yaitu;upah, sewa dan keuntungan. Dalam kaitan ini secara jelas David Ricardo membedakan antara penerimaan bruto dan netto. Penerimaan bruto tidak lain merupakan nilai pasar dari barang-barang akhir yang di produksi dalam kurung waktu tertentu. Sedangkan penerimaan netto adalah pendapatan yang memungkinkan adanya pertumbuhan selanjutnya. Dengan kata lain, apa bila penerimaan netto tersebut di investasikan lagi akan mengakibatkan perkembangan.
c.       Thomas Robert Malthus. Menurut “ tokoh ekonomi pangan ’’ ini yang namanya kenaikan jumlah penduduk, berarti permintaan juga bertambah, merupakan unsure penting yang perlu diperhatikan. Disamping itu,juga harus diikuti dengan kemajuan faktor-faktor atau unsur-unsur perkembangan lainnya.untuk mendukung perkembangan ekonomi dibutuhkan kenaikan kapital untuk investasi, dimana capital tersebut didapat dari tabungan. Tapi investasi ini dihambat oleh  kurangnya permintaan efektif yang disebabkan oleh pertumbuhan penduduk yang menekan upah. Oleh karena itu maltus menjadi pesimis dengan perkembangan ekonomi.

2.      Teori Neo Klasik
Menurut teori ini pertumbuhan ekonomi tergantung pada bertambahnya penawaran factor-faktor produksi dan tingkat kemajuan teknologi. Sebab perekonomian akan tetap mengalami tingkat kesempatan kerja penuh dan kapasitas alat-alat modal tetap digunakan sepenuhnya dari masa kemasa.
3.      Teori Inovasi Schumpeter
Teori Schumpeter menekankan tentang pentingnya peranan pengusaha didalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Dalam teori itu ditunjukkan bahwa para pengusaha merupakan golongan yang akan terus-menerus membuat pembaharuan atau inovasi dalam kegiatan ekonomi. Inovasi tersebut seperti memperkenalkan barang-barang baru, mempertinggi efisien cara memproduksi dalam menghasilkan suatu barang, memperluas pasar suatu barang ke pasaran-pasaran yang baru, mengembangkan sumber bahan mentah yang baru, mengembangkan sumber bahan menth yang baru dan mengadakan perubahan-peruibahan dalam organisasi dalam organisasi dengan tujuan mempertinggi keefisienan keggiatan perubahan.
4.      Teori Harrol-Domar
Teori ini menekankankonsep tingkat pertumbuhan natural.selain kuntitas factor produksi tenaga kerja, diperhitungkan juga kenaikan efisiensi pendidikan dan latihan. Teori ini dapat menentukan berapa besarnya tabungan atau investasi yang diperlukan untuk memelihara tingkat laju pertumbuhan ekonomi natural yaitu angka maju pertumbuhan ekonomi natural dikalikan dengan nisbah kapital-output.
C.    Model-Model Pertumbuhan Ekonomi
1.      Model Input-Input Leontief
Model ini merupakan gambaran menyeluruh tentang aliran dan hubungan antar industri. Dengan menggunakan model ini maka perencanaan pertumbuhan ekonomidapat dilakukan secarra konsisten karena dapat diketahuigambaran hibungan aliran input-output antar industri. Hubungan tersebut tersebut diukur dengan koefisien input-output dalam jangka pendek/menengah dianggap konstan tidak berubah.
2.      Model Pertumbuhan Lewis
Model ini merupakan model yang khusus menerangkan kasus Negara sedang berkembang banyak (padat) penduduknya. Tekananya adalah pada perpindahan kelebihan penduduk disektor pertanian ke sektor modern kapitalis industry yang dibiyai dari surplus keuntungan.
3.      Model Pertumbuhan Ekonomi Rostow
Model ini nenekankan tinjauannya pada sejarah tahap-tahap pertumbuhan ekonomi serta ciri dan syarat masing-masing. Tahap-tahap tersebut adalah tahap masyarakat tradisonal, tahap prasyarat lepas landas, tahap lepas landas tahap gerakan  ke arah kedewasaan, dan akhirnya tahap konsumsi tinggi.

D.    Faktor Dan Strategi Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor ekonomi dan non ekonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu Negara tergantung pada sumber daya alam, sumber daya manusia, modal usaha, teknologi. Akan tetapi pertumbuhan ekonomi tidak akan mungkinterjadi selama lembaga sosial, kondisi politik, nilai-nilai moral dalam suatu Negara atau daerah tidak menunjang.
1.      Faktor Ekonomi
Para ahli ekonomi menganggap faktor produksi sebagai kekuatan utama yang mempengaruhi pertumbuhan. Laju pertumbuhan ekonomi atau pembangunan merupakan konsekwensi dari pertumbuhan yang terjadi dalam faktor produksi tersebut.
Beberapa faktot yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah:
a.       Sumber daya alam, faktor utama yang mempengaruhi perkembangan suatu daerah adalah sumber daya alam, yang diperlukan dalam ilmu ekonomi mencakup sumber alam seperti kesuburan tanah, letak dan susunan kekayaan hutan, mineral, iklim, sumber air, lautan, dan sebagainya. Dalam pertumbuhan ekonomi tersedianya sumber daya alam yang sangat melimpah merupakan hal yang terpenting. Namun demikian, bagaimana memanfaatkan secara tepat dengan teknologi yang baik sehingga efisiensi dipertinggi dan sumber daya alam dapat dipergunakan dalam jangka waktu yang lebih lama.
b.      Akumulasi modal, faktor ini berarti persediaan faktor roduksi yang secara fisik dapat di reproduksi. Apabila stok modal naik dalam batas tertentu, maka hal ini disebut akumulasi modal atau pembentukan modal. Pembentukan modal merupakan kunci utama dalam pertumbuhan ekonomi. Disatu pihak dapat mencerminkan permintan efektif, dan di lain pihak juga dapat menciptakan efesiensi produksi dimasa depan. Proses pembentukan modal dapat menghasilkan kenaikan nasional.organisasi. Organisasi merupakan bagian penting dari proses pertumbuhan. Organisasi berkaitan dengan penggunaan faktor produksi didalam kegiatan ekonomi. Organisasi bersifat melengkapi modal buruh dan membantu meningkatkan produktivitasnya.
c.       Akumulasi kapital. Untuk mengadakan akumulasi capital diperlukan pengorbanan atau penyisihan konsumsi selama beberapa decade. Di Negara sedang berkembang, tingkat pendapatan rendah mengakibatkan usaha menyisihkan tabungan sukar dilakukan. Akumulasi capital tidak hanya berupa truk, pabrik baja, plastik dan sebagainya, tetapi juga meliputi proyek-proyek infrastruktur yang merupakan pra syarat bagi indusrialisasi dan pengembangan serta pemasaran produk-produk sektor pertanian. Akumulasi kapital sering kali dipandang sebagai elemen terpenting dalam pertumbuhan ekonomi. Usaha-usaha untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi dilakukan dengan memusatkan pada akumulasi kapital. Hal ini karena; pertama, hamper semua Negara-negara berkembang mengalami kelangkaan barang-barang capital berupa mesin-mesin dan peralatan produksi, bangunan pabrik, fasilitas umum dan lain-lain. Kedua, penambahan dan perbaikan kualitas barang-barang modal sangat pengting karena keterbatasan tersedianya tanah yang bias ditanami.
d.      Kemajuan teknilogi. Perubahan teknologi dianggap sebagai faktor enting dalam proses pertumbuhan ekonomi, perubahan ini berkaitan dengan perubahan dalam metode produksi yang merupakan hasil teknik penelitian baru. Perubahan tenkologi akan meningkatkan produktivitas buruh, modal,dan faktor produksi lainya.
e.       Pembagian kerja dan skala produksi. Spesialisasi dan pembagian kerja menimbulkan peningkatan produktivitas. Keduanya membawa kearah ekonomi produksi skala besar selanjutnya membantu perkembangan industri.

2.      Faktor Non Ekonomi
Faktor non ekonomi berguna terhadap faktor ekonomi, saling mempengaruhi kemajuan perekonomian. Dalam faktor non ekonomi umumnya seperti organisasi sosial, budaya dan politik mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu faktor ekonomi juga memiliki arti penting dalam proses pertumbuhan ekonomi. Faktor non ekonomi tersebut antara lain :
a.       Faktor sosial
Jika pembangunan ekonomi diinginkan berjalan mulus, pandangan nilai-nilai dan lembaga sosial harus diubah. Perubahan hanya mungkin terjadi melalui penyebaran pendidikan dan ilmu pengetahuan. Akan tetapi bila tatanan sosial dipengaruhi oleh system yang ketat dan system family maka, kebebasan individu dan mobilitas untuk bekerja lebih keras.
b.      Faktor manusia
Persyaratan yang paling penting bagi laju pertumbuhan ekonomi adalah manusia. Manusia berdedikasi terhadap pembangunan negerinya dan terhadap kejujuran, kewibawaan, pengetahuan dan prestasi kerja.
c.       Faktor politik dan administratif kerja
Faktor politik dan administratif kerja juga membantu pertumbuhan ekonomi. Dengan melihat tindakan pemerintah memainkan peranan penting dalam merangsang dan mendorong kegiatan ekonomi, maka keterlibatan stabilitas dan perlindungan hhiku mendorong kewiraswastaan semakin besar kebebasan itu, dan semakin besar pula kewiraswastaan itu.
E.     Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Salah satu cara untuk melihat kemajuan perekonomian suatu daerah adalah dengan mencermati nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB merupakan nilai dari seluruh barang dan jasa yang diproduksi dalam jangka waktu tertentu biasanya dalam waktu satu tahun disuatu wilayah tertentu tanpa membedakan kapemilikan faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi tersebut.
            Dalam menghitung pendapatan regional hanya dipakai konsep domestik. Berarti seluruh nilai tambah ditimbulkan oleh berbagai sektor atau lapangan usaha yang melakukan kegiatan usahanya di suatu wilayah atau region ( propinsi atau kabupaten) dimasukkan tanpa memperhatikan kepemilikan faktor-faktor produksi. Dengan demikian PDRB secara agregatif menunjukkan kemampuan suatu daerah dalam menghasilkan balas jasa atau pendapatan faktor-faktor produksi yang berpartisipasi dalam proses produksi tersebut.
Dalam penyajian PDRB selalu dibedakan atas dasar harga konstan dan atas dasar harga berlaku. Adapun definisi PDRB berdasarkan harga konstan adalah nilai barang dan jasa (komoditi) atau pendapatan atau pengeluaran yang dinilai atas dasar harga tetap. PDRB atas dasar harga konstan ini digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi karena nilainya tidak dipengaruhi oleh adanya perubahan harga. Sedangkan PDRB atas dasar harga berlaku adalah nilai barang dan jasa (komoditi) atau pendapatan atau pengeluaran yang dinilai sesuai dengan harga yang berlaku pada saat itu atau tahun sekarang, ini digunakan untuk melihat pertumbuhan ekonomi suatu daerah.
PDBR diperoleh dari produksi seluruh sketor perekonomian regional yang dijabarkan dalam 9 (Sembilan) sektor dan terakumulasi dalam 3 (tiga) kelompok menurut jenisnya, yaitu :
a.       Kelompok primer, adalah sektor yang langsung menghasilkan barang jadi (final product). Terdiri dari sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian.
b.      Kelompok sekunder, adalah sektor yang dalam menghasilkan barang harus melalui proses pengolahan terlebih dahulu. Terdiri dari sektor industry pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, dan sektor bangunan.
c.       Selanjutnya sektor tersier, adalah sektor yang bergerak dibidang pelayanan (jasa) yang terdiri dari sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor angkutan dan komunikasi, dan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa.

F.     Peranan Penting Pemerintah dalam Pertumbuhan Ekonomi
Dibeberapa Negara sedang berkembang banyak mengalami ketidak stabilan sosial,politik, dan ekonomi. Hal ini dapat menghalangi pertumbuhan ekonomi. Adanya pemerintahan yang kuat dan berwibawa menjamin terciptanya keamanan dan ketertiban hokum serta persatuan dan perdamaian didalam negeri. Ini sangat diperlukan bagi terciptanya iklim bekerja dan berusaha yang merupakan penggerak pertumbuhan ekonomi.
Ketidak mampuan atau kelemahan sektor swasta melaksanakan fungsi enterprenuer yang bersedia dan mampu mengadakan akumulasi capital dan mengambil insiatif mengadakan investasi yang diperlukan untuk memonitori proses pertumbuhan. Karena pertumbuhan ekonomi merupakan hasil akumulasi capital dan investasi yang dilakukan terutama oleh sektor swasta yang dapat menaikkan produkstivitas perekonomian. Hal ini tidak dapat dicapai atau terwujud bila tidak didukung oleh adanya barang-barang dan pelayanan jasa sosial seperti sanitasi dan program pelayanan kesehatan masyarakat, pendidikan, irigasi, penyediaan jalan dan jembatan, serta fasilitas komunikasi program-program latihan dan keterampilan, dan program lainnya yang memberikan manfaat kepada masyarakat.
Ini pula disebabkan oleh rendahnya tabungan-investasi masyarakat (sektor swasta) merupakan pusat atau faktor penyebab timbulnya masalah kemisknan yang menghambat pertumbuhan ekonomi, hal ini terjadi karena rendahnya tingkat pendapatan dan adanya efek demonstrasi meniru tingkat konsumen di Negara-negara maju oleh kelompok kaya yang sesungguhnya bias menabung.
Hambatan sosial utama dalam menaikkan taraf hidup masyarakat adalah jumlah penduduk yang sangat besar dan laju pertumbuhannya yang sangat cepat, makaprogram pemerintahlah yang mampu secara inisiatif menurunkan jumlah pertambahan penduduk yang cepat melalui program keluarga berencana (KB) dan melaksanakan program pembangunan pertanian atau daerah pedesaan yang bias memperlambat aru urbanisasi penduduk pedesaan menuju ke kota-kota besar dan mengakibatkan masalh-masalah sosial, politik dan ekonomi.
Dari beberapa uraian diatas maka pemerintah dapat menciptakan semangat atu spirit untuk mendorong pencapian pertumbuhan ekonomi yang cepat dan tidak hanya memerlukan pengembangan faktor penawaran saja, yang menaikkan kafasitas produksi masyarakat, yaitu sumberdaya alam dan sumberdaya manusia, kapital dan teknologi, tetapi juga faktor permintaan luar, tanpa kenaikan potensi produksi tidak dapat direalisasikan.
G.    Tenaga Kerja
Istilah tenaga kerja tidaklah identik dengan angkatan kerja. Tenaga kerja (man power) adalah besarnya bagian dari penduduk yang dapat diikut sertakan dalam proses ekonomi. Secara praktis pengertiantenaga kerja dan bukan tenaga kerja dibedakan hanya oleh batas umur.
Dalam menguraikan tentang tenaga keerja sebagai salah satu factor penunjang dalam pengembangan ekonomi, akan dikemukakan beberapa pengertian tentang tenaga keja yaitu:
a.       Tenaga kerja ditinjau dari segi hhukum adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan, baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang memenuhi kebutuhan masyarakat.
b.      Tenaga kerja ditinjau dari segi demografi adalah setiap orang atau penduduk yang termasuk golongan umur 10 tahun keatass. Berarti mulai umur tersebut sudah dianggap mampu untuk melaksanakan pekerjaan.
c.       Tenaga kerja ditinjau dari segi ekonomi adalah seseorang atau sejumlah orang yang secara langsung turut seta memberikan pengorbanan berupa kemampuan tenaga maupun pikiran dalam proses produksi dan berhak menerima upah sebagi balas jasa benda atau jasa-jasa yang dihasilkannya.
Dalam pasal 1 poin 2 undang-undang no 13 tahun 2008 tentang ketenagakerjaan disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan gung menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat.
Pengertian tenaga kerja dalam undang-undang No 13 tahun 2003 telah melengkapi pengertian tenaga kerja dalam undang-undang No 14 tahun 1969 tentang ketentuan pokok ketenagakerjaan yang memberikan yang pengertian bahwayang tidak bekerja ataupun tidak mencari pekerjaan, mereka ini adalah bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya tidak terlibat atau tidak berusaha untuk terlibat dalam kegiatan produktif, yaitu memproduksi barang dan jasa. Atau dengan katalain yang bukan angkata kerja dalah orang yang bersekolah, mengurus rumah tangga dan penerima pendapatan.
Sebagai mana dengan golongan angkatan kerja, glongan bukan angkatan kerja juga termasuk dalam bagian  tenaga kerja. Kelompok bukan angkatan kerja yang sedikit telah dijelaskan diatas terdiri atas tiga golongan yaitu:
a.       Golongan yang bersekolah yaitu mereka yang kegiatannya hanya bersekolah.
b.      Golongan yang mengurus rumah tangga yaitu mereka yang mengurus rumah tangga dan tidak diberi upah.
c.       Golongan lain yang termasuk didalamnya:
1)      Penerima pendapatan yaitu mereka yang tidak melakukan kegiatan ekonomi tetapi memperoleh pendapatan, misalnya tunjangan pensiun, bunga atas, simpanan atau sewa atas milik.
2)      Mereka yang hidup tergantung dari orang lain, misalnya karena lanjut usia,cacat dalam penjara atau sakit kronis.
Angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerjaa, dimana angkatan kerja merupakan jumlah tenaga kerja yang bekerja dan pencari kerja. Untuk lebih jelasnya pengertian angkatan kerja menurut beberapa ahli seperti husni (2006) yang memberikan definisi sebagai berikut: angkatan kerja adalah bagian dari penduduk (usia kerja) baik yang bekerja maupun yang mencari pekerjaan (penganggur). Defenis ini mengandung makna bahwa angkatan kerja adalah semua penduduk yang telah mencapai usia kerja.
Soeroto (1992) mendefinisikan angkatan kerja sebagai berikut:
“Angkatan kerja adalah sebagian jumlah dari penduduk dalam usia kerja yang mempunyai pekerjaan dan yang tidak mempunyai pekerjaan tapi secara aktif atau pasif mencari pekerjaan. Dengan kata lain juga dapat dikatakan bahwa angkatan kerja adalah bagian penduduk yang mampu dan bersedia melakukan pekerjaan.
Menurut badan pusat statistik (BPS) angkatang kerja mereka yang berumur 10 tahun keatas dan selama seminggu yang lalu mempunyai pekerjaan maupun tidak tetapi sedang mencari pekerjaan.

H.       Pembangunan Sektor Ketenagakerjaan
Dinegara- Negara sedang berkembang khususnya Negara Indonesia, sektor ketanaga kerjaan selalu mendapat perhatian utama. Bahwa sektor ini mendapat perhatian utama mudah dipahami karena unsure manusia selalu menjadi fokus sentral dalam seluruh proses pembangunan. Tempat sudah menjadi kenyakinan dari semua pihak dinegara-negara sedang membangun bahwa sasaran akhir dari semua kegiatan pembangunan nasional adalah peningkatan mutu hidup manusia : Lahir, Batin, Mental, Spritual.
Sektor ini mendapat perhatian utama dengan pertimbangan lain yang tidak kalah pentingnya, yaitu bahwa sumber daya insani merupakan sumber utama yang dapat dan harus dimobilisasikan dalam proses pembangunan nasional karena biarpun berbagai jenis sumber dan kekayaan alam melimpah, teknologi yang canggih serta sarana dan prasarana kerja tersedia untuk menggerakkan roda pembangunan nasional tidak aka nada artinya jika tidak sumber daya manusia atau tenaga kerja yang mengelolahnya.
Prasyarat yang sesungguhnya mutlak harus terpenuhi dalam pembangunan sektor ketenagakerjaan ialah adanya perencanaan ketenagakerjaan yang kemudian diperinci menjadi rencana ketenagakerjaan sektoral sampai kepada satuan-satuan kerja yang paling kecil. Perencanaan ketenagakerjaan dikatakan sebagai prasyarat yang mutlak untuk dipenuhi karena tanpa adanya perencanaan ketenakerjaan yang tetap dan komperehensif, akan sangat sukar untuk menentukan akan tenaga kerja yang dibutuhkan, baik dalam arti jumlah jenis, kualifikasi, sistem pengupahan dan penggajian, jaminan sosial serta pendidikan dan latihannya.
I.       Kesempatan Kerja
Menurut batasan umum kesempatan kerja didefenisikan sebagai suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau penghidupan kepada seseorang.
Kesempatan kerja adalah lapangan kerj atau kesempatan untuk bekerja yang ada dari suatu kegiatan ekonomi/produksi (Ainina, 2001). Dengan semakin meningkatnya kegiatan perekonomian dan pembangunan disegala bidang, otomatis akan terjadi peningkatan kesempatan kerj asebagai faktor yang sangat menentukan jalannya pembangunan. Kesempatan kerja mencakup lapangan pekerjaan yang sudah diisi. Lowongan pekerjaan mengandung arti adanya kesempatan kerja untuk diisi dan hal ini lazim disebut dengan tenaga kerja. Biasanya sulit untuk memperoleh data tentang kesempatan kerja, maka untuk untuk keperluan praktis umumnya jumlah kesempatan kerja dan banyaknya lapangan kerj ayang terisi tercermin dari jumlah penduduk yang bekerja/employed.
Tingginya kesempatan kerja akan berpengaruh terhadap pencapaian ekonomi dari suatu Negara. Alasanya, kerena kegiatan ekonomi masyarakat ditunjukkan dengan kinerja produksi masyarakat yang baisanya dicerminkan oleh Produk Domestik Bruto (PDB), sedangkan untuk daerah yaitu produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Pemecahan masalah kesempatan kerja dapat ditempuh antara lain dengan menciptakan lapangan kerja produktif dan peluasa kesempatan kerja yang dilaksanakan dengan mengadakan kegiatan-kegiatan ekonomi diberbagai sektor yang disertai dengan usaha peningkatan produktivitas angkatan kerja yang ada. Salah satu strategi pembangunan yang berorientasi pada penciptaan lapangan kerja produktif adalah dengan membina perusahaan-perusahaan kecil dan menengah untuk menerapkan teknik produksi yang sifatnya pada karya, sehingga dapat membantu proses distribusi pendapatan dan mendukung pertumbuhan ekonomi.
Perluasan kesempatan kerja secara produktif bukan berarti hanya lapangan kerja baru, melainkan usaha peningkatan produktivitas kerja pada umumnya yang disertai dengan pemberian upah yang sepadan dengan apa yang telah dikerjakan oleh setiap pekerja.

1.      Langkah-langkah Pokok Dalam Perkuasan Kesempatan Kerja
Dalam usaha menciptakan lapangan kerja, pemerintah secara aktif menyusun kebijakan makro yang bertujuan mencari sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru. Pada masa lalu, pertumbuhan ekonomi bersumber pada upah murah (mobilisasi buruh) dan sumber daya alam. Dua sumber pertumbuhan ini sudah berkurang potensinya dan sekarang atau ke depan perlu mencari sumber pertumbuhan ekonomi baru dengan menggunakan jalur investasi, teknologi maupun perdagangan (ekspor-impor) melalui berkembangnya sektor swasta. Untuk mencapai  tujuan ini pemerintah nasional perlu memasukkan kebijakan ketenagakerjaan sebagai bagian dalampembuatan kebijakan ekonomi makro sejajar dengan kebijakan ekonomi makro lain atau secara ekplisit tergambardalam rencana pertumbuhan ekonomi, pengendalian inflasi dan neraca pembayaran.
a.       Dalam pengambilankeputusan tentang kebijakan makro, perlu diikutsertakan ahli-ahli ekonomi ketenagakerjaan yang kompeten. Masalah ketenagakerjaan sebaiknya dimasukkan menjadi bagian dari kebijakan ekonomi makro. Hal ini dilakukan agar kebijakan ekonomi makro sejalan dengan kebijakan ketenagakerjaan. Kebijakan ketenagakerjaan seyogyanya tidak terpaku pada masalah kesejahteraan pekerja formal saja, tetapi juga menyiasati kebijakan makro agar pekerja di lapangan kerja informal, dimana pekerja banyak terkonsentrasi pada usaha menengah, kecil dan mikro, dapat merasakan manfaatnya.
b.      Dari sisi makro, penciptaan lapangan kerja akan lebih kondusif bila: (a) nilai tukar dan tingkat suku bunga stabil dan kompetitif, dan (b) reformasi bidang keuangan dan perbankan dilanjutkan agar fungsi intermediasi bank dapat mendorong berkembangnya sektor rill.
c.       Kebijakan pokok yang diperlukan untuk mendukung penciptaan kesempatan kerja adalah:
1)      Penyempurnaan regulasi yang berkaitan dengan aturan main ketenagakerjaan.harus dapat menciptakan pasar kerja yang fleksibel. Aturan main ketenagakerjaan termasuk pula aturan main yang menyangkut hubungan industrial yang akan dijelaskan pada bagian tersendiri. Pada tenaga kerja Indonesia yang merupakan pasar dualistic dengan lapangan kerja informal 70% dari seluruh lapangan kerja, serta jumlah angkatan kerja yang sangat besar (sekitar 100 juta) dimana kebanyakan angkatan kerja (sekitar 55%) adalah lulusan SD dan SD ke bawah, ditambah lagi jumlah penganggur terbuka yang sangat besar (sekitar 9,5 juta orang) maka kebijakan pasar kerja yang fleksibel sangat dibutuhkan. Dengan makin tidak fleksibelnya pasar kerja akan berakibat pada tingginya tingkat pengangguran usia muda, berketerampilan rendah,trutam perempuan. Undang-undang No 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaasecara umum memberikan sumbangan yang sangat positif terhadap berjalannya pasar kerja di Indonesia. Undang-undang yang baru ini memperlihatkan konsensus dari berbagai pihak tekait mengenai isu-isu yang sebelumnya sangat menimbulkan pertentangan. Undang-undang yang baru ini juga sejalan dengan berbagai konvensi ILO yang telah diratifikasi. Hal mendasar yang dicantumkan dalam Undang-undang tersebut adalah ditetapkannya aturan main mengenai representasi pekerja dalam rangka proses perundingan kolektif. Namun demikian, ada beberapa bagian yang apabila dijalankan secara kaku justru akan mengurangi fleksibilitas pasar kerja. Dilaksanakan secara kaku maksudnya adalah dilaksanakan tanpa melihat kondisi perusahaan, seperti perusahaan kecil atau rumah tangga, atau jenis usahanya. Kuncinya, aturan main pasar kerja tidak seharusnya menimbulkan distorsi yang besar terhap keputusan persahaan mengenai investasi dan penggunaan tenag kerja. Pengaturan yang berlebihan mengenai uapah minimum , pekerja kontrak, serta PHK berptensi untuk mengurangi fleksibilitas pasar kerja.
2)      Penyempurnaan kebijakann dari sisi permintaan (demand side). Kebijakan ini dimaksudkan untuk meningkatkan investasi dan penguatan pada kegiatan ekonomi yang sudah ada. Kebijakan perluasan kesempatan melalui investasi dikaitkan pula dengan kebijakan pengembangan UKM yang akan dibahas secara tersendiri. Selain kebijakan yang berkait langsung dengan pasar kerja, pencintaan lapangan kerja sangat ditentukan oleh kebijakan lain. Seperti telah disinggung sebelumnya keadaan tenaga kerja kita yang mayoritas unskiiled.
Membutuhkan infestasi dengan dana minimal dapat langsung mempekerjakan tenaga kerja yang berlimpah. Dengan demikian kebijakan penciptan kesempatan kerja seharusnya tidak bertengtangan dengan banyaknya industri kecil tau industri rumah tangga yang banyak menyerap tenaga kerja. Namun demikian, ironisnya, kadang kala kebijakan yang dikeluarkan berpotensi untuk merugikan perusahaan kecil dan rumah tangga. Sebagai contoh kebijakan tata niaga gula yang mengakibatkan kenaikan harga gula 50% dalam sekejap adalah contoh kebijakan yang dalam waktu singkat memberatkan perusahaan kecil dan rumah tangga yang bergerak dalam industry makanan jadi. Kebijakan yang didasari niat baik untuk melindungi petani, tetapi karena pemahaman yang kurang terhadap keadaan pasar tenaga kerja dapat menjadi boomerang bagi usaha kecil dan rumah  tangga.
J.         Hubungan Pertumbuhan Ekonomi Dan Penyerapan Tenaga Kerya
Pembangunan ekonomi pada hakeketnya merupakan suatu proses yang berkesinambungan antara sektor-sektor ekonomi sehingga dengan terciptanya pertumbuhan ekonomi dapat menciptaakan lapangan kerja, pemerataan pendapatan dan pada akhirnya meningkatkan taraf hidup masyarakat. Dalam suatu proses pembangunan ekonomi mencakup aktifitas ekonomi yang mengupayakan tropengoptimalan penggunaan faktor-faktor ekonomi yang tersedia sehingga menciptakan nilai ekonomis, salah satu faktor ekonomi yang dimaksud adalah tenaga kerja.
Robert solow, mengintrodusir pentingnya faktor tenaga kerja dalam pembangunan ekonomi. Solow mengkritik formulasi harod-domar dari kelompok Keynesian yang hanya menggunakan pendekatan akumulasi modal tehadap pertumbuhan ekonomi. Dengan asumsi pertumbuhan tenaga kerja ditentukan secara eksogen dalam pertumbuhan ekonomis, solow menjabarkan bahwa ketika stok modal tumbuh dengan tingkat pertumbuhan yang lebih cepat dari pertumbuhan tenaga kerja, maka jumlah pertambahan modal yang diciptakan oleh setiap tenaga kerja akan meningkat.
Jika solow menjelaskan hubungan antar pertumbuhan ekonomi dengan faktor tenaga kerja melalui pendekatan output perkapita, lain halnya dengan simon Kuznets, mengguunakan pendekatan pendapatan perkapita. Kuznets menjabarkan adanya trade off antara pertumbuhan ekonomi dengan distribusi yang merata dalam pendapatan perkapita. Kuznets juga menekankan bahwa untuk mengukur formasi modal adalah tidak tepat dan tidak efisien bila hanya kepada modal fisik dan modal tetap lainya.
Pemikiran yang hamper sama dikemukakan oleh athur lewis, dimana struktur ekonomi dibagi atas sektor kapitalis dan sektor subsistem. Dalam analisis lewis digunakan asumsi dasar bahwa surplus tenaga kerja terjadi di semua sektor terutama pada sektor subsistem. Lewis menyebutkan bahwa sektor kapitalis menggunakan reproducible capital dan mendapatkan keuntungan dari penggunaan factor ini sedangkan sektor subsistem menggunakan tenaga kerja tersendiri (family labor) dan tanah sebagai faktor produksi utama. Dalam hal upah, pemikiran lewis sejalan dengan pemikiran kuznets dimana upah pada sektor kapitalis ditentukan sebesar tingkat pendapatan disektor subsistem.
Dari pemikiran Kuznets maupun lewis tersebut tmpak bahwa sektor tradisonol atau sektor subsistem atau juga sektor pertanian memiliki peranan yang cukup besar dalam proses pembangunan teritama dalam hal menyerap tenaga kerja. Walaupun demikian dalam berbagi pemikiran tersebut sektor pertanian seakan menjadi sektor yang sekunder dalam pembangunan. Pemikiran Schultz yang kemudian menitikberatkan pembangunan pada sektor pertanin. Schultz mengambil kesimpulan bahwa faktor manusia jauh lebih dominan kontibusinya terhadap pembangunan pertanian dan pembangunan ekonomi.
Dudley seers, ekonomi dan kelompok strukturalis mengemukakan bahwa tolak ukur pembangunan ekonomi tidak saja pada peningkatan pendapatan perkapita tetapi hendaknya juga disertai oleh baiknya distribusi pendapatan, menurunnya angka kemidkinan dan pengangguran. Kemudian Gunnar Myrdal yang mengemukakan tentang backwash effect Negara-negara maju terhadap Negara-negara miskin. Myrdal mengemukakan bahwa hubungan ekonomi antara Negara maju dengan Negara yang belum maju menimbulkan ketimpangan internasional dalam pendapatan perkapita dan kemiskinan. Hal ini disebabkan oleh kemajuan ilmu dan teknologi, kehadiran pasar yang lebih luas dan konsentrasi modal keuangan yang tejadi di Negara-negara maju.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah yang paling mendasar dalam ketenagakerjaan dan pembangunan ekonomi adalah supply-demand dalam pasar tenaga kerja.




K.       Kerangka Pikir
Bertitk tolak dari tinjauan pustaka yang telah dikemukakan diatas, maka disusunlah bagan kerangka pikir seperti terlihat pada gambar 1.
 













L.        Hipotesis
Sebagai upaya pemecahan masalah yang dikemukakan pada perumusuan masalah, maka penulis mengajukan hipotesis yaitu, diduga bahwa pertumbuhan ekonomi mempunyai pengaru signifikan terhedap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Sulawesi Selatan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.       Lokasi dan Waktu Penelitian
Untuk keperluan penulisan ini, penulis memilih daerah Sulawesi Selatan sebagai daerah obyek penelitian.  Waktu penelitian dilakasanakan selama 2 (dua) bulan yaitu dari Maret sampai April 2013.

B.     Metode Pengumpulan Data
1.      Library Research (Penelitian Kepustakaan)
Library research adalah penelitian yag diadakan pada perpustakaan dengan tujuan mendapatkan keterangan berupa teori-teori, yang bersumber dari buku-buku, artikel-artikel yang berhubungan dengan objek yang akan dibahas.
2.      Field Research (Penelitian Lapangan).

C.    Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penulisan ini adalah :
1.      Data Kuantitatif
Data ini diperoleh dari instasi terkait seperti Badan Pusat Statistik yang meliputi : data mengenai tingkat pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja di Provinsi Sulawesi Selatan, dan lain-lain yang berkaitan dengan masalah penelitian.
2.     
34
 
Data Kualitatif
Data ini diperoleh dari buku-buku acuan yang bersumber dari studi kepustakaan dan artikel-artikel yang berguna bagi terlaksanya penulisan ini.

Adapun sumber data yang digunakan yaitu berasal dari kantor atau instansi yang terkait dengan permasalahan tersebut seperti, Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Makassar.

D.    Metode Analisis
Untuk dapat merumuskan hasil penelitian dan sebagai penyelesaian untuk menentukan jawaban dari masalah yang diteliti, maka digunakan teknik analisis.
1.      Analisis Regresi Sederhana
Regresi linear sederhana di dasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal satu variabel independen. Persamaan umum regresi linear sederhana sebagai berikut:
            Ý= a + bX
            Dimana:
            Ý = Penyerapan tenaga kerja
            X = Pertumbuhan ekonomi
            a = konstanta
            b =  koefisien arah
            untuk mengetahui nilai a dan b di gunakan rumus sebagai berikut:

             
       

2.      Analisa koefeisien korelasi
Analisis ini di gunakan untuk mengetahui kuat hubungan variabel pertumbuhan ekonomi (X) terhadap penyerapan tenaga kerja (Y) dan yntuk mengetahuinya di gunakan SPSS 16 dengan menggunakan pedoman interprestasi nilai r, yaitu sebagai berikut:
    Tabel 3.1. : Pedoman interpretasi Nilai r:
No
Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
1
0,00 – 0,199
Tidak Baik
2
0,20 – 0,399
Kurang Baik
3
0,40 – 0,599
Cukup Baik
4
0,60 – 0,799
Baik
5
0,80 – 0,100
Sangat Baik
            Sumber : sugiyono (2004 : 250)


E.     Defenisi Operasional
Definisi operasional variabel ini di perlukan sebagai batasan operasional masing-masing variabel yang diteliti untuk memperjelas arah dan ruang lingkup variabel penelitian. Adapun batasan operasional masing-masing variabel yang di maksud adalah:
1.      Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan produksi nasional dan ragional secara fisik, atau dalam istilah umum adalah peningkatan produk domestic bruto atau produk domestik regional bruto dalam hal ini adalah PDRB Sulawesi selatan selama lima tahun terakhir
2.      Penyerapan tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang bekerja atau yang terserap pada sektor-sektor ekonomi Sulawesi selatan selama lima tahun terakhir.



BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASSAN
A.    Gambar Umum Propinsi Sulawesi Selatan
1.       Letak geografis
 Provinsi Sulawesi selatan yang beribukota di kota Makassar terletak antara 0­­­12 -80­­­ lintang selatan dan 116­­­­­ 48 -122­­­­­­ 36 bujur timur. Dengan batas-batas wilajah sebagi berikut :
Sebelah utara      : Provinsi Sulawesi barat
Sebelah timur     : Teluk bone dan provinsi Sulawesi tenggara
Sebelah selatan   : Laut flores
Sebelah barat      : Selat Makassar
            Secara geografis Sulawesi selatan membujur dari selatan ke utara dengan garis pantai mencapai 2500 km yang mempunyai 72 sungai besar dan kecil dengan panjang 3.203 km. jumlah aliran sungai terbanyak di kabupaten luwu, sedangkan sungai terpanjang yaitu sungai saddang, sungai ini melalui beberapa daerah yakni kabupaten tanah toraja,enrekang,pinrang dan polewali mandar di Sulawesi barat  dengan panjang kurang lebih 150 km.
            Luas wilayah provinsi Sulawesi selatan setelah pemekaran dengan Sulawesi barat adalah 45.519,24 km­­2 ­­ yang meliputi 20 kabupaten dan 3kota, 20
38
 
kabupaten yaitu meliputi : Selayar, bulukumba, bantaeng, jeneponto, takalar, gowa, sinjai, maros, pangkep, barru, bone, soppeng, wajo, sidrap, pinrang, enrekang, luwu, tanatoraja, luwu utara, dan luwu timur. Sedangkan untuk 3 kota meliputi: Makassar, pare-pare, dan palopo. Kota pare pare merupakan kota yang terkecil yakni luasnya hanya sekitar 99,33 km2 ­­atau sekitar 0,22 % sedangkan daerah yang terluas adalah kabupaten luwu yaitu sekitar 14.788,96 km­­2 atau sekitar 32,45 % dari luas wilayah provinsi Sulawesi selatan.
            Jumlah sungai yang mengaliri wilayah Sulawesi selatan tercatat sekitar 67 aliran sungai, dengan jumlah aliran terbesar di kabupaten luwu, yakni 25 aliran sungai. Sungai terpanjang adalah sungai saddang yang mengalir meliputi kabupaten tator, enrekang, dan pinrang. Panjang sungai tersebut masing-masing 150 km.
            Di Sulawesi selatan terdapat 4 danau yakni danau temped an danau sidenreng yang berada di kabupaten wajo, serta danau matana dan towuti yang berlokasi di kabupaten luwu timur. Adapun jumlah gunung tercatat sebanyak 7 gunung, dengan gunung tertinggi adalah gunung rantemario dengan ketinggian 3.470 m, diatas permukaan air laut. Gunung ini berdiri tegak diperbatasan kabupaten enrekang dan luwu.
2.      Keadaan Kependudukan Di Provinsi Sulawesi Selatan
            Perkembangan jumlah penduduk di provinsi Sulawesi selatan dalam beberapa tahun belakangan ini sangatlah tepat. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.2 : Jumlah Penduduk Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2004 – 2008
Tahun
Jumlah (Jiwa)
2004
2005
2006
2007
2008
7.397.370
7.494.701
7.595.000
7.700.255
7.805.024
Sumber : BPS, Sulawesi Selatan Dalam Angka 2012
            Pada table 2 diperoleh gambaran mengenai jumlah penduduk prpvinsi Sulawesi selatan, pada tahun 2004-2008 penduduk Sulawesi selatan bertambah sebesar 210.024 jiwa. Pada tahun 2004 penduduk Sulawesi selatan sebesar 7.397.370 jiwa dan pada tahun 2005 menjadi 7.494.701. pada tahun 2006 penduduk Sulawesi selatan sebesar 7.595.000 jiwa pada tahun 2007 menjadi 7.700.255 jiwa. Hal ini berarti bahwa dalam jangka waktu tahun (2006-2007) jumlah penduduk di provinsi Sulawesi selatan bertambah sebanyak 105.255 jiwa. Tahun 2008 jumlah penduduk provinsi Sulawesi selatan mencapai 7.805.024 jiwa, berarti jumlah penduduk bertambah sebanyak 104.769 jiwa dari jumlah penduduk tahun 2007.
B.     Keadaan Tenaga Kerja Di Provinsi Sulawesi Selatan
1.      Angkatan Kerja Di Provinsi Sulawesi Selatan
            Jumlah angkatan kerja di Sulawesi selatan juga mengalami peningkatan dari tahu ke tahun. Hal ini dapat dilihat dalam tabel beriut ini :


Tabel 4.3 : Jumlah Angkatan Kerja di Provinsi Sulawesi Selatan Berumur 15                            Tahun ke Atas Tahun 2004 – 2008
Tahun
Angkatan Kerja
2004
2005
2006
2007
2008
3.059.053
3.803.397
3.005.723
3.312.177
3.447.879
Sumber : BPS, Keadaan Angkatan Kerja Sulawesi Selatan, 2008
Pada tabel 3 diperoleh gambaran bahwa jumlah angkatan kerja di Sulawesi selatan pada tahun 2004-2008 mengalami kenaikan sebesar 442.156 atau 14,71 %. Pada tahun 2004 angkatn kerja di provinsi Sulawesi selatan sebanyak 3.059.053 jiwa dan tahun 2005 sebanyak 3.803.397 jiwa. Pada tahun 2006 angkatan kerja di provinsi Sulawesi selatan sebanyak 3.005.156 jiwa dan tahun 2007 sebanyak 3.312.177 jiwa, berarti mengalami kenaikan sebesar 306.454 atau 10,20 %. Jumlah angkatan kerja provinsi Sulawesi selatan pada tahun 2007 sebesar 3.312.177 jiwa dan pada tahun 2008 menjadi 3.447.879 jiwa. Hal ini berarti bahwa dalam jangka satu tahun (2007-2008) jumlah angkatan kerja di provinsi Sulawesi selatan bertambah sabanyak 135.702 jiwa, atau meningkat sebesar 4,10 %.


2.      Keadaan Pendidikan, Kesehatan, Dan Keagamaan Di Provinsi Sulawesi Selatan.
Pembanguna bidang pendidikan bertuuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pembanguna sumber daya manusia (SDM) suatu Negara akan menetukan karakter dari pembangunan ekonomi dan sosial, karena manusia adalah pelaku aktif dari seluruh kegiatan tersebut.
            Dari tahu ke tahun partisipasi seluruh masyarakat dalam dunia pendidikan semakin meningkat, hal ini berkaitan dengan berbagai program pendidikan yang dicanangkan pemerintah untuk meningkatkan kesempatan masyarakat untuk megenyam bangku pendidikan.
            Peningkatan partisipasi pendidikan untuk memperoleh bangku pendidikan tentunya harus diikuti dengan berbagai peningkatan penyediaan sarana fisik pendidikan dan tenaga pendidik yang memadai.
            Pada tahun 2008 di Sulawesi selatan terdapat 74 rumah sakit, yang terdiri dari satu rumah sakit umu pusat (RSUP), 28 rumah sakit pemerintah, 15 rumah sakit swasta dan 7 rumah sakit ABRI serta rumah sakit khusus.
            Jumlah puskesmas pada tahu 2008 adalah 2.076 unit yang dapat dikategorikan menjadi 393 puskesmas, 1.284 puskesmas pembantu dan 399 puskesmas keliling.
            Demikian pula perkembangan pembangunan di bidang spiritual dapa diliha dari besarnya sarana peribadatan masing-masing agama. Tempat peribadatan ummat islam yang berupa masjid dan mushollah pada tahun 2008 masing-masing berjumlah 11.562,563 dan 1.001 unit.
            Tempat peribadatan ummat kristiani, hindu, dan Buddha masing-masing memiliki 387 gereja katolik, 2.053 gereja protestan, 4.819 pura dan 23 wihara.
3.      Lapangan Kerja di Provinsi Sulawesi Selatann
            Jumlah tenaga kerja yang terserap oleh setiap sektor ekonomi mampu memberikan kontribusi pad struktur perekonomian nasional. Besar kecilnya tenaga kerja yang terserap menggambarkan pertumbuhan sektor-sektor ekonomi nasional. Hal ini dapat dilihat dalam tabel 4 berikut :
Tabel 4.4 : Jumlah Penduduk Provinsi Sulawesi Selatan Berumur 15 Tahun ke                         Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama Tahun 2004 -                           2008
No.
Lapangan Usaha Utama
2006
2007
2008
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Listrik, Gas dan Air Bersih
Konstruksi
Perdagangan
Angkutan dan Komunikasi
Keuangan
Jasa
1.469.418
12.251
128.966
3.197
99.865
439.047
155.967
24.654
302.04
1.580.962
13.321
147.391
5.537
125.726
566.397
185.397
31.364
270.135
1.613.949
16.817
183.43
4.48
137.388
578.961
214.592
33.919
352.572

Jumlah
2.635.414
2.939.463
3.136.111
Sumber : BPS, Sulawesi Selatan Dalam Angka, Tahun 2007 - 2009
            Pada tabel 4 diperoleh gambaran mengenai ketenagakerjaan provinsi Sulawesi selatan, jumlah tenaga kerja per sektor di provinsi Sulawesi selatan mampu memberikan kontribuusi terhadap pertumbuhan perekonomian daerah tersebut. Sektor-sektor tersebut masing-masing memberikan kontribusi dengan proporsi berbeda terhadap penyerapan jumlah tenaga kerja di provinsi Sulawesi selatan. Pada tebel 5 tersebut, sektor pertanian merupakan penyerap tenaga kerja terbesar. Pada taun 2006-2008 sektor pertanian mampu manyerap tenaga kerja sekitar 1,4-1,6 juta jiwa dari jumlah tenaga kerja di provinsi Sulawesi selatan. Kemudian diiuti oleh sektor perdagangan yang mampu menyerap sekitar 400-500 ribu tenaga kerja. Kemudian juga diikuti oleh sektor jasa yang mampu menyerap sekitar 300 ribu jiwa tenaga kerja. Untuk itu perlu kta ketahui sektor-sektor perekonomian yang menunjukan restasi positif sesuai dengan sektor-sektoryang sama di tinggkat nasional, dan mengintrospeksi kembali perencanaan dan strategi pembangunan yang utamanya berkaitan dengan penyerapan tenaga kerja setiap sektor perekonomian.
4.      Produk Domestik Rengional Bruto (PDRB) provinsi Sulawesi selatan
            Pertumbuhan ekonomi di  provinsi Sulawesi selatan sebagai salah satu indicator keberhasilan pembangunan yang diukur dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Pada PDRB menurut lapangan usaha selama kurung waktu tiga tahun (2006-2008) mengalami banyak perubahan. Untuk lebih jelasnya lihat tabel 5 sebagai berikut:

Tabel 4.5 : PDRB Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan                   Usaha Tahun 2006 – 2008
No.
Lapangan Usaha Utama
2006
2007
2008
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Listrik, Gas dan Air Bersih
Konstruksi
Perdagangan
Angkutan dan Komunikasi
Keuangan
Jasa
18.513.257,30
5.249.991,10
8.254.336,39
629.314,57
2.790.792,42
9.507.866,45
5.102.836,94
3.675.192,88
7.188.235,74
20.900.360,49
5.893.998,94
9.158.552,38
721.960,26
3.204.097,51
10.986.578,24
5.769.052,39
4.285.184.43
8.352.139,93
25.071.808,60
6.201.497,87
11.060.440,24
838.095,50
4.253.527,78
13.913.799,61
6.972.018,13
5.203.001,17
11.629.002,38

Jumlah
60.902.823,79
69.271.924,57
85.143.191,28
Sumber : BPS, PDRB Sulawesi Selatan, 2008
            Dalam tabel 5 dapat dilihat bahwa perekonomian kabupaten/kota di provinsi Sulawesi selatan pada tahun 2006-2008 sangat bervariatif. Sektor pertanian mencapai hasil yang paling banak dibandingkan sektor lain, pada tahun 2006 sektor pertanian mencapai angka sebesar 18.513.257,30 juta rupiah, tahun 2007 mendapat presentase kenaikan sekitar 12,89%, atau jumlahnya menjadi 20.900.360,49 juta rupiah, tahun 2008 angka di sektor pertanian menjadi 25.071.808,60 juta rupiah, atau mengalami pertumbuhan PDRB sekitar 19,96 % dari tahun 2007. Dalam sektor perdangangan pada tahun 2006 mencapai 9.507.866,45 juta rupiah, pada tahun 2007 terjadi pertumbuhan dengan angka 10.986.578,24 juta rupiah, atau sekitar 15,55 %. Tahun 2008 juga mengalami pertumbuhan menjadi 13.913.799,61 juta rupiah, atau sekitar 26,64 % dari tahun 2007. Dalam sektor jasa pada tahun ke tahun juga mengalami kenaikan pada tahun 2006-2007 presentase pertumbuhan sekitar 16,19 %, pada tahun 2007-2008 sektor jasa mengalami pertumbuhan yang cukup besar yaitu 39,23 %. Pertumbuhan PDRB menurut lapangan usaha dari tahun ketahun juga dialami oleh sektor-sektor lainnya.
Tabel 4.6 : Pertumbuhan Ekonomi dan Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi                            Sulawesi Selatan Tahun 2004 – 2008
Tahun
Pertumbuhan Ekonomi (%)
Penyerapan Tenaga Kerja
2004
2005
2006
2007
2008
5,26
6,05
6,72
6,34
7,78
2.135.573
2.317.876
2.635.414
2.939.436
3.136.111
Sumber : BPS, Sulawesi Selatan

C.    Pembahasan
            Berdasarkan hasil pengolah data program SPSS 16.0 for windows (statistical package for social science). Maka diperoleh nilai sebagai berikut :
 Y = a + bX
Y = 93036,914 + 394999,236 X
Dari gambaran persamaan regresi diatas, maka dapat diinterpretasikan bahwa :
Ø  Nilai a = 93036,914 yang berarti bahwa jika tidak ada nilai dari variable pertumbuhan ekonomi (X) atau dengan kata lain apabila variable pertumbuhan ekonomi sama dengan nol, maka penyerapan tenaga kerja hanya sebesar 93036,914
Ø  Nilai b = 394999,236 yang berarti bahwa setiap pertambahan pertumbuhan ekonomi sebesar 1 satuan, maka akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja sebesar 394999,236.
a.       Analisis Koefisien Korelasi
Untuk mengetahui besarnya persentase hubungan variable pertumbuhan ekonomi terhadap penyerapan tenaga kerja di Sulawesi selatan, nilai koefisien korelasi dapat dilihat pada tabel berikut :
Tebel 4.7 : Nilai Koefisien Korelasi Pertumbuhan Ekonomi
Model Summary
Model
R
R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate
1

878a
.771
.695
230155.443
a.       Predictors: (Constant), PERTUMBUHAN EKONOMI
Sumber : Olah Data SPSS 16
            Berdasarkan tabel 7 diperoleh koefisien diterminasi R Square = 0,771 yang berarti bahwa 77,1 % pertumbuhan ekonomi dapat dijelaskan oleh model atau dengan kata lain variable pertumbuhan ekonomi mempunyai hubungan yang cukup kuat terhadap penyerapan tenaga kerja di provinsi Sulawesi selatan, dan sisinya 22,9 % dipengaruhi oleh factor lain yang tidak diperhatikan dalam penelitian ini
b.      Analisis Uji T
Untuk mengetahui pengeruh variable pertumbuhan ekonomi terhadap penyerapan tenaga kerja maka dilakukan dengan membandingkan nilai t­­hiting­­ dan t­tabel pada taraf kepercayaan 0,05.
Tabel 4.8 : Analisis Uji T
Coefficientsa
Model

Unstandardized        Coefficients
Standardized Coefficients
t
Sig.
B

Std. Error
Beta
    
1      (Constant)
PERTUMBUHAN EKONOMI

93036.914

394999.236

805903.648

124308.505


.878
.
115

3.178

.915

.050
a.       Dependent Variable: P. TENAGA KERJA
            Berdsarkan tabel 8 maka diperoleh hasil uji-t sebagai berikut ; variabel pertumbuhan ekonomi (X) nilai thitung yang diperoleh sebesar 3.178 dengan signifikansi t nya sebesar 0,050 jauh lebih kecil dari taraf signifikansi yang digunakan yaitu 0,05 yang menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi (X) berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di provinsi Sulawesi selatan.
            Berdasarkan hasil analisis data dimana variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di provinsi Sulawesi selatan. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi memilik peranan yang sangan penting dalam penyerapan tenaga kerja, semakin besar pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh provinsi Sulawesi selatan maka  akan semakin besar pula tenaga kerja yang terserap, begitu juga sebaliknya.



BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka penulis merumuskan kesimpulan sebagai berikut :
1.      Pertumbuhan ekonomi berpengeruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di provinsi Sulawesi Selatan. Hasil analisis uji t menunjukkann bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di provinsi Sulawesi selatan.
2.      Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja cukup kuat dengan nilai R = 77,1%

B.     Saran
Adapun saran yang penulis ajukan dalam penelitian ini adalah :
1.      Sebaiknya pemerintah provinsi Sulawesi selatan lebih memperhatikan sektor-sektor ekonomi guna meningkatkan pertumbuhan  ekonominya
2.      Sebaiknya pemerintah berusaha meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang tentuna  akan berdampak pada penyerapan tenaga kerja yang pada akhirnya akan maeningkatkan kesejahteraan masyarakat.

50
 

 


DAFTAR PUSTAKA
Arief EK Muh. 2008. Analisis Kesempatan Kerja di Provinsi Sulawesi Selatan       1997-2006. Skripsi Ekonomi Universitas Hasanuddin Makassar

Arief Tiro, Muhammad. 2002. Analisis Korelasi dan Regresi State University Of     Makassar Press, Makassar

Assad. 2008. Kontribusi Pendapatan Tenaga Kerja Wanita PT. Panply Terhadap Pendapatan Keluarga Di Desa Puty Kecamatan Bua Kabupaten Luwu.         Skripsi Makassar : Uniersitas Negri Makassar

Basri, F. 2002. Perekonomian Indonesia, Tantangan Dan Harapan Bagi     Kebangkitan    Ekonomi Indonesia, Erlangga, Surabaya

Badan Pusat Statistik. BPS kota makassar 2004 2008. Makassar Sulawesi Selatan
Badan Pusat Statistik. Keadaan Angkatan Kerja Sulawesi Selatan. BPS, 2008.       Makassar

Badan Pusat Statistik, “Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia, Tahun 2006 –        2008”,             Badan Pusat Statistik Sulawesi Selatan, Makassar

Badan Pusat Statistik, “Produk Domestik Regional Bruto Sulawesi Selatan 2008”,             Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan

Badan Pusat Statistik, “Sulawesi Selatan Dalam Angka 2009”. Badan Pusat          Statistik Provinsi Sulawesi Selatan

Gregory Mankiw, N. 2003. Teori Makro Ekonomi Edisi Lima. Ciraces jakarta.        Erlangga

Husna Asmaul, 2007. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Melalui Pertumbuhan    Ekonomi Terhadap Kesempatan Kerja Provinsi Sulawesi Selatan. Skripsi        Ekonomi Uniersitas Hasanuddin. Makassar

51
 
http://google.co.id/download/ Ketenagakerjaan Dan Kesempatan Kerja di Sulawesi Selatan. Di Akses 29 April 2010
Mulyadi S, 2003. Ekonomi Sumberdaya Manusia dalam Prespektif Pembangunan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Rewu Cindy, AN. 2007. Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja dan Produktivitas       Sektor Industri Provinsi Sulawesi Selatan. Skripsi Ekonomi Universitas             Hasanuddin, Makassar
Sumarsono Sonny. 2003. Ekonomi Manajemen Sumberdaya Manusia dan Ketenagakerjaan, Graha Ilmu, Yogyakarta
Sanusi Bachrawi, 2004. Pengantar Ekonomi Pembangunan. Jakarta: PT. Rineka    Cipta
Taringan, Robinson. 2007. Ekonomi Regional “Teori dan aplikasi”. Jakarta: PT.    Bumi Aksara