Selasa, 28 Juli 2015

Selalu Ada Ujian untuk Manusia

ujian

“Pasti Aku akan uji kalian dengan satu hal, entah itu berupa ketakutan, kelaparan, kekurangan harta dan jiwa, kekurangan pangan.” (QS. Al-Baqarah [2] : 155)

ACAPKALI dengan mudahnya, manusia mengatakan bahwa setiap bentuk kesusahan yang sedang dihadapinya adalah ujian dari Allah Swt. Allah telah memberitahukan lewat wahyu-Nya yang suci bahwa manusia akan diuji oleh-Nya dengan beragam bentuk cobaan, termasuk dalam bentuk kesusahan dan kesenangan.

Hidup ini tidak akan pernah terlepas dari sebuah ujian. Namun ujian dari Allah selalu menjadi alasan manusia atas segala musibah yang dialaminya. Seseorang yang mengalami sakit, kehilangan harta benda, dipecat, atau mengalami kesulitan hidup yang lain, ia “berlindung” dibalik ungkapan “sedang diuji”. Bahkan, ketika seseorang pelaku korupsi dihukum, ia ‘masih’ saja berkata sedang diuji!


Pernahkan kita berpikir berbeda bahwa permasalahan yang sedang kita hadapi sebenarnya bukan sebuah ujian, melainkan azab. Atau dengan bahasa lain, bagaimana jika kesulitan yang sedang kita alami adalah akibat dari perilaku buruk dan kekotoran hati kita? beberapa firman dari Allah Swt. jelas-jelas menyatakan.

“Setiap diri tergadai dengan apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al-Muddatstssir [74] : 38)
  
“Akibat perbuatan buruk akan selalu mengikuti pelakunya, dan orang-orang yang zalim tidak akan bisa menghindar dari apa yang telah mereka kerjakan, dan mereka tidak akan dapat melepaskan diri.” (QS. Az-Zumar [39] : 51)
 
Banyak cara yang bisa dilakukan oleh manusia dalam menghadapi ujian dan azab yang Allah berikan. Kita harus menjadi orang yang selalu bertobat, sabar, ikhlas, dan tidak pernah lupa untuk membelanjakan sebagian harta yang kita miliki di jalan Allah Swt. Allah pasti akan memberikan ganti rugi untuk setiap bentuk kesulitan asal kita sabar, ridha, ikhlas, percaya dan yakin bahwa semua kendali urusan ada di tangan Allah.

Kita tidak perlu memikirkan bagaimana bentuk pertolongan Allah. Yang perlu kita lakukan adalah berjalan lurus di atas rel ketuhanan (istiqamah), seraya menyerahkan diri sepenuhnya kepada Alah Yang Mahakuasa dengan sabar dan tawakal. Dalam artian, tidak perlu berbuat hal-hal yang emosional ketika mengatasi segala kesusahan yang biasanya keluar dari otak yang sedang panik. Atasi masalah dengan tidak menimbulkan masalah baru. Kita harus yakin bahwa Allah mempunyai maksud dari setiap kejadian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar